JAKARTA, Stabilitas.id – Mata uang Yuan Renminbi China terdampak parah dari penguatan Dolar Amerika Serikat (AS). Penguatan tersebut menyebabkan nilai 1 dolar AS sama dengan 7,2 yuan.
Angka ini menjadi yang terendah bagi mata uang China sejak tahun 2008 lalu. Selama minggu ini, Yuan tercatat terus melemah sebesar 1,9%.
Dilansir dari CNBC, People Bank of China (PBOC) selaku bank sentral China, telah memperingatkan masyarakat untuk tidak bertaruh keuntungan pada pergerakan mata uang Yuan, apalagi setelah penurunan yang signifikan terhadap dolar AS minggu ini.
BERITA TERKAIT
“Jangan bertaruh pada apresiasi sepihak atau depresiasi nilai tukar Renminbi,” ungkap PBOC dalam rilisnya, pada Kamis (29/9/22) lalu.
Pernyataan ini didasarkan dari pidato Wakil Gubernur PBOC Liu Guoqiang pada pertemuan konferensi video terkait valuta asing di hari yang sama.
Dalam pernyataan yang sama, PBOC membuat langkah untuk mendukung nilai tukar Yuan di bulan Oktober, termasuk dengan mengurangi mata uang asing yang dipegang.
Sebelumnya, PBOC telah melonggarkan suku bunga untuk menghidupkan Kembali pertumbuhan ekonomi yang hancur akibat dari Covid-19. Namun, bank sentral AS, Federal Reverse menaikkan suku bunga acuannya untuk mengendalikan inflasi.
Sehubungan dengan hal tersebut, Kepala Ekonomi Internasional dan Berkelanjutan Commonwealth Bank of Australia, Joseph Capurso menilai perbedaan kebijakan langkah pengendalian inflasi ini tidak sepenuhnya salah.
“Penurunan nilai mata uang ini membantu eksportir di China. Hal ini akan membuat barang mereka lebih murah sehingga dapat meningkatkan permintaan,” ungkap Capurso.
Pada semester I 2022, ekonomi China tumbuh 2,5%. Hal ini membuat target 5,5% akan sulit dicapai di tahun 2022 ini.***