JAKARTA, Stabilitas.id – Kondisi ekonomi Indonesia alami pertumbuhan di angka 5,3% pada semester I/2022. Namun, pertumbuhan diprediksi akan menurun di tahun depan dengan rentang 5 hingga 5,3% yang diakibatkan kenaikan harga pangan dan energi.
Hal ini diungkapkan oleh Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara dalam The 29th Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) Finance Ministers’ Meeting yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand, pada Kamis (20/10/22) pekan lalu.
“Kita juga harus melanjutkan reformasi struktural dan membangun infrastruktur. Komitmen infrastruktur harus kita teruskan dan kita harus terus memastikan bahwa anggaran tersedia bagi masyarakat yang membutuhkan,” ungkap Wamenkeu.
BERITA TERKAIT
Dalam kesempatan tersebut, Wamenkeu mengatakan, saat ini perekonomian, terutama investor, sedang menunggu tiga exit strategy setelah pandemi.
Pertama, bagaimana menurunkan defisit APBN agar kembali ke periode normal sebelum pandemi.
Kedua, bagaimana bank sentral mengeluarkan likuiditas dari sistem setelah mendorong likuiditas secara masif selama pandemi.
Ketiga, kebijakan pengawasan yang dilonggarkan selama dua tahun terakhir karena pandemi.
“Ketiga exit ini sangat penting untuk dikoordinasikan dan saya ingin meminta mitra pembangunan kita untuk terus memperhatikannya. Jenis exit yang sama, jenis kebijakan yang sama dapat menghasilkan hasil yang berbeda pada ekonomi yang berbeda,” jelas Wamenkeu.
Terlepas dari kenyataan bahwa risiko saat ini sedang berubah dari risiko pandemi ke gejolak global, Wamenkeu mengingatkan seluruh negara untuk mempersiapkan diri menghadapi pandemi di masa depan.
“Kesiapan dana perantara keuangan seperti yang ditetapkan dalam pembahasan G20 menjadi penting. Kami menyambut keanggotaan inklusif dari dana perantara keuangan ini,” tutup Wamenkeu.***