JAKARTA, Stabilitas.id – Bank Indonesia (BI) mengadakan seminar internasional sebagai salah satu rangkaian side event Presidensi G20 bersama dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Keuangan (Kemenkeu), dan Indonesia Foreign Exchange Market Committee (IFEMC). Seminar yang bertajuk “Best Practices and Lessons Learnt on LIBOR Transition in Developing a Robust and Credible Reference Rate” ini dilaksanakan secara Hybrid di Jakarta, pada Senin (13/6/22) lalu.
Hal ini seiring dengan transisi referensi (benchmark) suku bunga global yang dilakukan dari London Interbank Offered Rate (LIBOR) ke referensi yang lebih kredibel serta penguatan referensi suku Bunga di pasar domestik.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dalam Leader’s Insight mengatakan bahwa pasar keuangan yang kredibel penting untuk berjalannya stabilitas keuangan. Indonesia melalui National Working Group on Benchmark Reform (NWBGR) berupaya untuk memperkuat kredibilitas referensi suku bunga pasca diskontinuitas LIBOR dengan memberikan rekomendasi bagi pelaku pasar, suku bunga alternatif di pasar domestik.
BERITA TERKAIT
Di kesempatan tersebut, Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara juga menyampaikan, perubahan referensi suku bunga merupakan perspektif yang penting dalam proses pemulihan dan mencapai stabilitas ekonomi.
Dalam pemerintahan, referensi suku bunga berpengaruh bagi strategi pembiayaan pemerintah guna pembangunan yang berkelanjutan. Dalam praktiknya, koordinasi antar lembaga penting bagi stabilitas sektor keuangan maupun sektor riil.
Terkait dengan antisipasi di sektor jasa keuangan, Kepala Departemen Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK Anung Herlianto menyampaikan, perbankan perlu mengambil langkah mitigasi potensi risiko akibat diskontinuitas LIBOR.
Langkah tersebut antara lain, mengidentifikasi besaran eksposur, berkomunikasi intensif dengan nasabah, mengidentifikasi potensi konsekuensi hukum dan perpajakan, mengelola potensi benturan kepentingan, menjajaki skema lindung nilai untuk kontrak yang terekspos risiko keuangan yang signifikan, mengelola risiko pasar dengan baik, dan menyiapkan infrastruktur IT yang diperlukan terkait perubahan sistem transisi LIBOR ini.
Selanjutnya, Ali Setiawan, Co-Chairman IFEMC sebagai perwakilan pelaku pasar menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan berbagai persiapan dalam menghadapi transisi LIBOR, serta mendorong penggunaan IndONIA sebagai referensi suku bunga produk keuangan.
Sementara itu, Anggota Kebijakan Moneter dan Sektor Keuangan KADIN Hendri Saparini yang juga menajdi perwakilan pelaku usaha, menyambut baik inisiatif benchmark reform yang mendorong referensi suku bunga supaya tidak mudah dimanipulasi dan kredibel. ***