MERZA GAMAL, Pengkaji Sosial Ekonomi Islami, Author of Change Management & Cultural Transformation, Former AVP Corporate Culture at Biggest Bank Syariah
ERA Next Normal yang terbentuk pasca-pandemi Covid-19, membuat posisi Chief Information Officer (CIO) makin penting terutama karena naiknya pamor penggunaan teknologi informasi. Tantangan bagi CIO adalah bagaimana mereka tidak hanya dapat mewujudkan aspirasi bisnis untuk tumbuh tetapi juga membentuknya. Tantangan itu semakin penting karena tujuan bisnis mereka tidak dapat dicapai tanpa teknologi. Suka atau tidak, CIO menjadi sorotan.
McKinsey selama setahun terakhir melakukan penelitian yang menyoroti bagaimana misi TI berubah dan perlu diubah. Perusahaan besar dan mapan mencari teknologi untuk menjadi kekuatan dinamis dalam bisnis sementara perusahaan baru membentuk kembali cara orang bekerja, berbelanja, berkomunikasi, membuat keputusan, dan hidup. Implikasi yang jelas adalah bahwa CIO perlu melakukan lompatan dari pemimpin teknologi ke penggerak bisnis.
Berdasarkan penelitian tersebut, dapat diidentifikasikan enam area di mana CIO dapat memfokuskan upaya mereka untuk menyelaraskan TI dengan tujuan bisnis dengan lebih baik.
BERITA TERKAIT
Pertama, Kenali pelanggan Anda sebaik Anda mengetahui teknologi Anda. Tanpa komitmen yang lebih dalam untuk memahami pelanggan, TI dan CIO akan terus menjadi pelaksana strategi daripada pembentuknya. Faktanya, kurang dari setengah pemimpin teknologi meyakini bahwa organisasi mereka telah efektif dalam memimpin desain e-commerce dan pengalaman online.
Kedua, letakkan cloud di pusat strategi teknologi Anda. Peningkatan produktivitas dan peningkatan efisiensi melalui program migrasi cloud dapat menghasilkan penghematan biaya yang signifikan, tetapi pada dasarnya hal tersebut mewakili cara yang lebih baik untuk melakukan apa yang sudah dilakukan TI. CIO memiliki peran penting dalam membuat bisnis fokus pada hadiah yang jauh lebih besar: bisnis baru, praktik inovatif, dan sumber pendapatan baru yang dimungkinkan atau dipercepat oleh cloud.
Ketiga, jadikan pengalaman pengembang sebagai landasan strategi talent. Talent di bidang teknologi yang hebat dapat memiliki dampak terbesar pada kemampuan bisnis untuk menghasilkan nilai. Namun, akibat pergeseran selama Covid-19 menuju pekerjaan jarak jauh, yang tiba-tiba menghilangkan lokasi sebagai penghalang untuk perekrutan,sehingga menemukan talenta yang tepat adalah tantangan terbesar yang dihadapi dalam transformasi perusahaan.
Keempat, Menjadi pembelajar tercepat
Bisnis yang dirancang untuk belajar dan beradaptasi dengan cepat—apakah mempelajari bahasa pengkodean baru, menggunakan teknologi untuk mengembangkan model bisnis baru, mengintegrasikan teknologi baru, atau mengadopsi metodologi baru—akan menjadi bisnis yang berhasil.
Kelima, Jadikan keamanan sebagai pendorong kecepatan dan pertumbuhan
Di banyak organisasi, fungsi keamanan dan kepatuhan diperlakukan sebagai kejahatan yang diperlukan. Namun saat ini terjadi pergesaran, yakni memindahkan keamanan dari sesuatu yang hanya dilakukan oleh tim khusus menjadi sesuatu yang menjadi tanggung jawab setiap orang, serta meningkatkan operasi keamanan untuk meningkatkan pencegahan dan ketahanan.
CIO dapat memberikan pendidikan dan insentif kepada pengembang untuk membangun keamanan dan kepatuhan ke dalam kode mereka. Selain itu, CIO paling baik dapat mengaktifkan perubahan ini dengan menerapkan pola pikir pengembang pada keamanan daripada kepatuhan. Model kerja DevSecOps, di mana keamanan diintegrasikan ke dalam setiap tahap siklus hidup produk yang gesit alih-alih menjadi pemeriksaan di akhir, adalah salah satu cara untuk melakukannya. CIO dapat lebih memperkuat keamanan dengan berkomitmen pada pendekatan “keamanan sebagai kode” yang mendefinisikan kebijakan dan standar keamanan siber dan kemudian menerapkannya sebagai kode melalui arsitektur dan otomatisasi.
Keenam, pilih data lebih baik daripada data lebih banyak.
Masalah terbesar dengan data adalah ada begitu banyak sehingga perusahaan mengalami kesulitan luar biasa untuk memahaminya. Pengguna data dapat menghabiskan antara 30 hingga 40 persen waktu mereka untuk mencari data dan 20 hingga 30 persen untuk membersihkannya. Akibatnya, mereka mencoba mengelola skala daripada mengekstrak nilainya.
CIO dapat mendorong tata kelola data yang efektif melalui keseimbangan peran pengelolaan data dan tata kelola terpusat, serta mengembangkan kemampuan orkestrasi untuk membuat banyak hubungan data yang diperlukan untuk memungkinkan pengalaman lanjutan. Salah satu cara, CIO dapat memenuhi kebutuhan ini adalah dengan mendirikan “ruang perang pengiriman data dan analitik” yang terdiri dari pengembang data, hukum, kepatuhan, dan arsitek full-stack. Tim ini mengambil input dari bisnis, menemukan kumpulan data utama, dan membuat platform orkestrasi data untuk mengirimkan data ke bagian mana pun dari organisasi.
Bisnis di era digital tidak mungkin tanpa platform teknologi yang kuat. Pandemi Covid-19 telah memberikan tanda seru penting untuk memperjelas kenyataan ini kepada C-suite dan BOD. Dengan landasan ini, CIO memiliki peluang unik untuk menjadi penggerak bisnis. CIO perlu menulis babak baru dalam buku pedoman TI yang mewujudkan serangkaian aspirasi baru yang berani untuk menempatkan teknologi di garis depan bisnis.***