JAKARTA, Stabilitas – Tahun 2020 diakui merupakan momen yang penuh tantangan bagi industri pasar modal Indonesia. Terbaru, merebaknya wabah virus korona (covid-19) ke berbagai negara di dunia semakin menambah tekanan pada perekonomian internasional, yang sebelumnya juga telah dibebani oleh berbagai isu sensitif. Atas kondisi tersebut, perekonomian di sepanjang tahun diperkirakan bakal bergerak melambat dibanding kondisi pada tahun 2019 lalu.
Terimbas oleh endemik covid-19, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tersungkur hingga ke posisi 5.300, rekor terendah dalam tiga tahun terakhir. “Ini penurunan yang cukup besar, hampir di atas 10 persen. Bukan hanya indeks saham, indeks (harga) obligasi, bond yield kita sudah sempat berada di level 6,3 persen. Sempat naik 7 persen tapi balik lagi ke 6,5 persen,” ujar Direktur Utama PT Mandiri Manajemen Investasi (MMI), Alvin Pattisahusiwa, di Jakarta, Kamis (5/3).
Meski begitu, menurut Alvin, pihaknya masih optimistis bahwa kondisi pasar modal nasional dalam beberapa waktu ke depan masih akan mampu rebound dan kembali positif pada Semester I/2020 mendatang. Sedangka di Semester II, sentimen positif juga diharapkan bakal datang dari pengumuman Rancangan Undang-Undang (RUU) Omnibus Law yang sesuai rencana bakal segera dirilis. Hal itu diyakini Alvin bakal membuat investor kembali bergairah untuk beraktifitas di lantai perdagangan.
“Posisi valuasi saham sudah sangat rendah. Posisi indeks yang ada di level 5.300, dia sudah sangat murah, sehingga ketika momennya datang, Saya yakin (investor) akan kembali semangat membeli lagi,” tutur Alvin.
Prediksi optimistis tersebut, lanjut Alvin, diantaranya didasarkan pada kebijakan The Fed yang telah memangkas suku bunga dengan cukup agresif, hingga 50 basis poin. Ke depan, Alvin memperkirakan pemangkasan masih akan kembali dilakukan di kisaran 25 basis poin lagi.
“Bank Indonesia (BI) Saya rasa juga sudah mulai mengikuti langkah bank-bank sentral negara lain untuk mempertahankan kebijakan yang ekspansif, yaitu dengan pemangkasan bunga, setelah kemarin sempat memotong bunga sebesar 25 bps,” papar Alvin.
Lewat kebijakan pemangkasan suku bunga tersebut, Alvin yakin pemerintah dapat menopang pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan begitu, tren penurunan pertumbuhan akibat wabah covid-19 diharapkan dapat bisa lebih diredam.