BERITA TERKAIT
Kondisi perekonomian nasional dan global yang masih lesu di 2015 ini memang berdampak pada semua sektor perekonomian nasional, tak terkecuali di wilayah Sumatera Selatan (Sumsel).
Perekonomian Sumsel yang sebagian besar ditunjang oleh sektor perkebunan karet, sawit, dan mineral batu bara, sampai triwulan pertama tahun 2015 ini masih mengalami pelemahan harga. Hampir 90 persen produk yang dihasilkan tersebut diekspor ke luar negeri, sehingga sangat terpengaruh oleh krisis global yang melanda negara-negara di Eropa.
Namun kondisi tersebut tak membuat perekonomian masyarakat Sumsel ikutikutan lesu. Tahun 2015 sepertinya dijadikan tahun untuk mereka bangkit, meski kondisi tidak sebaik tiga atau dua tahun lalu. Semangat yang muncul ini barangkali dipengaruhi peran Sumsel sebagai tuan rumah Asian Games tahun 2018 mendatang.
Tanda-tanda kebangkitan ekonomi Sumsel juga dirasakan oleh PT Bank Sumsel Babel. Menurut Direktur Utama PT Bank Sumsel Babel Muhammad Adil, meskipun pengaruhnya belum signifikan karena masih dipengaruhi pelemahan harga produk karet, sawit, dan mineral batu bara, bisnis perbankan di Sumsel mulai menggeliat. Adil memprediksi, pertumbuhan ekonomi Sumsel masih positif hingga akhir triwulan pertama 2015.
“Kondisi perekonomian memang masih lesu tapi di Sumsel ini agak berbeda. Kami di Perbankan yang bisa merasakan bahwa sejak awal tahun sudah mulai gerakan,” kata Adil. Kondisi itu setidaknya bisa dilihat dari kinerja Bank Sumsel Babel (BSB) ditriwulan pertama 2015. Kinerja bank yang sahamnya dimiliki Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan dan Pemerintah Provinsi Bangka-Belitung pada triwulan pertama 2015 mengalami pertumbuhan signifikan. hampir semua indikator kinerja melampui target. Kondisi ini bisa menjadi gambaran jika bank plat merah ini sudah semakin sehat. Sepanjang triwulan pertama tahun ini, lompatan kinerja yang paling mencolok ada pada pencatatan aset.
Dalam laporan keuangan Desember 2014 lalu, aset BSB tercatat Rp 16 triliun, sementara pada triwulan pertama aset bertambah Rp2,8 triliun dengan total Rp18,8 triliun. Peningkatan aset seiring dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Realisasi DPK sepanjang triwulan pertama tercapai 119,83 persen.
Selain sumbangsih DPK, pertumbuhan aset juga turut disumbang oleh peningkatan penyaluran kredit. Dibandingkan dengan posisi Desember lalu, kredit mampu tumbuh signifikan dari Rp10,8 triliun menjadi Rp11,12 triliun.
“Gambaran kinerja ini bisa menjadi gambaran kalau kondisi bank ini semakin sehat. Apalagi dukungan dari teknologi informasi yang sudah setara dengan bank umum menjadikan potensi BSB semakin besar untuk bisa memberikan sumbangsih maksimal terhadap pembangunan di Sumsel dan Babel,” kata Adil.
Transformasi Tiga Fase
Di usianya yang sudah menginjak 57 tahun, menurut Muhammad Adil BSB memang sedang mengalami transformasi. “Setelah menghadapi situasi yang kurang menguntungkan di tahun 2013, Bank Sumsel Babel mulai melakukan transformasi lewat tiga fase, yakni konsolidasi, ekspansi dan looking forward. Semuanya dijalankan bersamaan. Ketiganya merupakan road map kami menapaki bisnis perbankan di 2015, ” jelas bankir jebolan Bank BNI ini.
Pada fase pertama, BSB melakukan konsolidasi internal, seperti meng-up date visi dan misi perusahaan, pembenahan aturan, pengelolaan, prosedur, SOP, layanan, produk, marketing communication, modal, BOPO, teknologi, SDM dan lainnya yang disesuaikan dengan aturan otoritas perbankan dan keuangan serta disesuaikan dengan kondisi terkini.
Seiring dengan berjalannya fase konsolidasi, BSB juga menjalankan fase kedua, ekspansi. Ekspansi mulai dari pembiayaan kredit, layanan, jaringan hingga outlet service dengan tetap menjaga likuiditas.
Untuk tahun 2015 ini, BSB telah menyiapkan dana ekspansi pembiayaan pada semester I 2015 sebesar Rp1,5 triliun atau meningkat dibanding semester I/2014.
Menurut Dirut BSB Muhammad Adil, sektor pembiayaan merupakan hal yang menjadi fokus BSB. Apalagi, tahun 2015 merupakan momentum dimulainya pasar tunggal ASEAN, dimana kondisi ini dapat menjadi peluang besar bagi industri perbankan.
“Kami perkirakan akan banyak pengusaha luar dan lokal yang akan melakukan investasi besar-besaran di Sumsel dan Babel. Ini tentunya menjadi peluang besar bagi perbankan untuk mengucurkan pembiayaan,” ujarnya.
Beberapa program pembangunan di Sumsel Babel, baik berskala regional maupun nasional, akan banyak berlangsung di 2015 ini. Diantaranya pembangunan kawasan ekonomi khusus Tanjung Api-Api, pembangunan monorel, pembangunan rel kereta api jalur ganda, ganda, tol Palembang – Inderalaya, dan beberapa proyek lainnya. Ini merupakan potensi investasi yang dapat diserap perbankan, termasuk BSB.
“Target yang kami pasang itu itu cukup realistis. Dengan kekuatan BSB saat ini yang memiliki 27 cabang, asumsinya satu cabang mampu menyalurkan kredit Rp25 miliar, maka target yang dipasang tidak begitu sulit dalam waktu satu semester,” ujar Adil optimis.
Pada fase ekspansi ini juga, pengembangan produk tidak dilupakan BSB. Salah satunya adalah BSB Prioritas, layanan bagi nasabah prioritas. Layanan yang sudah berjalan sejak Januari 2015 ini kini memiliki 1.500 orang nasabah. Manajemen BSB menargetkan hingga tutup buku 2015 dapat merangkul 3.000 nasabah prioritas dengan saldo minimum Rp500 juta.
Disamping layanan prioritas, BSB juga mempunyai produk Tabungan Pesirah Bisnis yang dibuat khusus untuk para pelaku bisnis atau entrepreneur di Sumsel Babel. Keunikan dari Tabungan Pesirah Bisnis ini, bukan hanya perorangan saja yang bisa menabung di produk ini, melainkan pula nasabah dari badan usaha baik badan hukum maupun non hukum, hingga non badan usaha seperti asosiasi, perkumpulan, dan lainnya. Kartu ATM dari Tabungan Pesirah Bisnis berlogo visa juga makin memudahkan nasabah melakukan transaksi diseluruh dunia.
Lalu bagaimana dengan fase ketiga, looking forward? Menurut Adil, pada fase ini BSB lebih menitikberatkan pada pengembangan sumber daya manusia (SDM). “Yang kami persiapkan di fase ini adalah SDM-nya. Apalagi di akhir 2015 kita dihadapkan pada Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Apalagi sebentar lagi Palembang menjadi salah satu tuan rumah penyelenggaraan Asian Games 2018. Kita tak mau menjadi penonton, tapi harus ikut di dalamnya. Makanya, BSB menyiapkan SDM yang mumpuni untuk menghadapi kondisi terkini,” jelas Adil. Pembenahan SDM terlihat dari program yang sudah dilakukan, seperti penyediaan fasilitas learning center di salah satu lantai gedung pusat BSB nan megah dengan 16 lantai di kawasan ekonomi baru Jakabaring, Palembang.
Setiap akhir pekan selalu ada pelatihan di learning center yang sudah beroperasi sejak Mei 2014 lalu ini, mulai dari pelatihan perbankan sampai beauty class. Pelatihan beauty class ini terutama ditujukan bagi karyawan front office seperti teller dan customer service. Learning center itu menjadi semacam harapan bagi karyawan BSB bahwa mereka harus punya mimpi untuk bisa meraih jabatan yang lebih tinggi.
Makanya, untuk staf level bawah dan menengah yang ingin memperbaiki jenjang karirnya, BSB memfasilitasi mereka mengikuti tes seleksi dan setelahnya bisa meneruskan pendidikan di learning center tersebut.
Sementara untuk para staf level Officer Development Program (ODP), bisa meningkatkan karir dengan mengikuti seleksi meneruskan pendidikan strata S2 (magister) di universitas ternama di Tanah Air dan Luar Negeri. Mulai Mei 2015, gelombang pertama kelompok ini sudah meloloskan 10 staf ODP untuk melanjutkan pendidikan magister mereka. Ke 10 staf tersebut, 5 diantaranya kuliah di UI (2), IPB (2) dan UGM (1). Sedangkan 5 sisanya kuliah di luar negeri (2 ke Inggris, 2 ke Australia, 1 ke Filipina). “Setahu saya, kamilah BPD pertama yang menyekolahkan stafnya ke luar negeri,” papar Adil bangga.
Budaya Kerja
Menurut Muhammad Adil, ketiga transformasi tadi, tidak bisa berjalan kalau tidak punya budaya kerja perusahaan. BSB, katanya memang punya budaya perusahaan, namun seiring dengan perubahan jaman, budaya kerja tersebut perlu disesuaikan dengan tetap berpedoman pada visi BSB yakni “Menjadi Bank Terkemuka dan Terpercaya dengan Kinerja Unggul.”
Bertepatan perayaan ulang tahunnya ke-57 (6 November 2014) BSB mencanangkan konsep budaya kerja 3S Bravo (Solid, Service, Simple Becoming
Regional Victory). Budaya kerja 3S Bravo memiliki arti yang sangat penting bagi kelangsungan bisnis BSB. Solid memiliki makna yang sangat luar biasa, soliditas harus ditunjukkan dalam kerja dan amanah.
Service, apa pun sifat dalam pelayanan harus akurat, inovatif, trust, kecepatan, dan keramahtamahan, baik eksternal maupun internal. Kemudian, apapun yang dikerjakan diupayakan harus sesimple mungkin dan profesional. “Jika ketiga unsur itu dapat dijalankan dengan baik, maka akan muncul budaya kerja yang baik. Bravo di sini menunjukkan sebuah kemenangan yakni becoming regional victory,” ucap Adil.
Dia mengibaratkan budaya kerja yang telah dijalankan saat ini seperti bagian teller dengan kemampuan seperti mobil formula 1 yang dapat menghitung uang dalam 11 detik. Itu berlaku bagi seluruh teller BSB. “Bagian teller BSB harus jadi teller Formula 1 (F-1). Bukan saja mengandalkan cantik dan pintar saja, melainkan juga harus cepat dalam menghitung uang dengan durasi 11 detik,” paparnya.
Sedangkan untuk contoh simple, dalam sosialisasi kebijakan, BSB memanfaatkan kanal-kanal yang ada, termasuk kanal-kanal sosial berbasis Internet. Mulai dari telepon, SMS, Email, WhatsApp, Line, Path, sampai BlackBerry Messenger (BBM). Saluran tersebut beroperasi selama 24 jam penuh.
“Kami memanfaatkan teknologi yang ada. Hal ini berdampak pada tumbuhnya efisiensi. Inilah yang dimaksud dengan make it simple, terutama di tataran
service,” ucap Adil.
Transformasi dan strategi menyerang yang dilakukan BSB nampaknya membuat bank yang berpusat di Palembang ini siap membawa bank ini “Menjadi Bank Terkemuka dan Terpercaya dengan Kinerja Unggul.”