Pembaca yang budiman.
Dua momen penting telah kita lewati, masa-masa pelaksanaan dan pengumuman hasil dari pemilihan umum dan bulan puasa. Dua waktu krusial itu benar-benar mempengaruhi kinerja bisnis industri keuangan. Nah, kini saatnya pelaku usaha jasa keuangan bisa kembali berkonsentrasi pada bisnisnya. Namun momen-momen tersebut pun kebetulan jatuh di bulan April. Sebagaimana biasa di Indonesia, bulan tersebut adalah momen peringatan Hari Kartini, perempuan yang menginspirasi bangsa ini sejak abad 19 lalu. Tanpa pemikiran beliau mungkin kita tidak bisa melihat banyak perempuan menduduki jabatanjabatan strategis di industri keuangan.
Bahkan kini di hampir semua perusahaan memiliki direktur dari kalangan perempuan. Sebut saja nama Alexandra Askandar yang kini menjadi orang nomor dua di Bank Mandiri, atau Novita Widya Anggraini di BNI, dan Handayani di BRI. Nama-nama itu hanya segelintir saja dari deretan perempuan yang mengisi posisi strategis di perbankan Tanah Air.
Kendati demikian, fakta itu dinilai tidak cukup. Pasalnya riset yang dilakukan oleh Women’s World Banking menemukan bahwa partisipasi perempuan di peran-peran kepemimpinan di sektor perbankan masih relatif rendah di bandingkan laki-laki. Bahkan berdasarkan data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dari 543 kursi direksi di seluruh bank yang beroperasi di Indonesia, hanya 19 persen yang diisi oleh perempuan.
Kondisi itu tidak terlepas dari tantangan yang dihadapi perempuan untuk menapaki jalur kepemimpinan yang lebih beragam dibanding lakilaki. Disebabkan tidak hanya karena adanya beban ganda yang dialami perempuan
bekerja, namun juga tantangan institusional di lembaga tempat perempuan bekerja.
Majalah Stabilitas tergerak untuk mengangkat isu tersebut dalam laporan utama pada edisi kali ini. Pada sajian awal akan diulas bagaimana peran perempuan di perbankan dan dikaitkan dengan kajian ilmiah tentang hubungan perempuan di bank dengan manajemen risiko. Juga dikupas soal tantangan serta risiko atau plus minus dari kehadiran bankir perempuan terutama dijajaran direksi.
Selanjutnya akan dibahas latar belakang kaum perempuan memilih untuk berkarier di sektor perbankan. Juga menganalisis kenapa di banyak bank, mereka banyak mendominasi front office sebuah bank terutama yang berhubungan langsung dengan nasabah. Lalu apa saja kendala yang dihadapi kaum perempuan untuk menembus level atas, mengingat tak banyak direksi perempuan? Bagaimana para bankir perempuan ini
menembus level Direktur?
Pada tulisan berikutnya akan diulas penyebab banyaknya perempuan gagal menembus C level meskipun pada titik awal karier jumlahnya tidak kalah banyak dibandingkan laki-laki. Lalu apa saja kebijakan yang mulai diterapkan perusahaan atau otoritas dalam rangka membuat persaingan antar gender ini tetap fair?
Juga ada tulisan mengenai pengalaman-pengalaman inspiratif dan unik dari beberapa banker perempuan yang sukses meniti karier di industri perbankan tentang bagaimana mereka meniti karier dan menghadapi tantangan di tempat kerja. Terakhir kami akan menampilkan profil mereka yang menduduki jabatan di dewan direksi di perbankan Indonesia.
Selain kupasan di laporan utama, seperti biasa kami juga menyajikan artikel-artikel yang inspiratif dan menarik di rubrik-rubrik regular kami. Tentu pembahasannya dari sudut manajemen risiko.
Selamat membaca!