Pembaca yang Budiman
Perbankan tidak henti-hentinya menghadapi cobaan dalam mengarungi bisnisnya. Baru saja bisa sedikit menghela nafas setelah dua tahun kinerjanya digempur pandemi, perbankan harus bersiap lagi menghadapi tantangan berat. Perubahan yang masif pada layanan perbankan yang masih terus berlangsung harus kembali harus kembali berdampingan dengan potensi resesi. Dan keduanya bahu membahu menjadi ancaman bagi kinerja bank tahun depan.
Resesi memang menjadi menjadi isu yang sudah digaungkan oleh banyak ekonom dan lembaga riset, bahan sejak paro kedua tahun 2022, bahwa dunia akan kembali merasakannya tahun depan. Eropa dan AS diprediksi menjadi kawasan yang tinggal menunggu waktu saja untuk mengalami pelambatan ekonomi kembali setelah tahun 2020 pernah merasakannya.
Sementara itu tsunami digital masih akan menjadi perhatian para pengelola perbankan yang tetap menyiagakan respons kebijakan untuk menghadapi segala perubahan dan dampaknya pada bisnis. Kehadiran beragam inovasi lanjutan dalam praktik keuangan digital berpotensi menghadirkan “Pengubah Permainan” pada peta persaingan di industri perbankan.
Maraknya kehadiran bank digital dan menghangatnya kolaborasi antara bank dan fintech dipastikan akan makin mewarnai konfigurasi bisnis keuangan tahun depan. Selain itu perhatian pada penyesuaian dan perubahan aturan dari otoritas keuangan juga akan menjadi concern para pelaku industri.
Bank tentu harus harus sudah menyusun kebijakan mitigasi yang tepat agar kinerjanya bisa tetap terkendali di jalur positif. Beragam persiapan baik untuk menghadapi resesi dan juga berjaga-jaga terhadap dampak perkembangan teknologi tentu harus sudah dikantongi pengambil kebijakan saat mengisi rencana bisnis untuk tahun depan. Bahkan jika hal tersebut sudah dilakukan, bank tetap harus tetap waspada terahadap beberapa risiko yang mendadak muncul, ataupun yang tidak diperhitungkan sebelumnya.
Nah. pada edis kali ini Majalah Stabilitas akan manghadirkan pembahasan mengenai tantangan-tantangan yang bakal dihadapi perbankan tahun 2023 pada laporan utama. Pada tulisan pembuka, akan dihadirkan pembahasan tentang risiko-risiko yang sudah muncul dan menjadi peringatan di 2022. Sebagaimana sering diungkap oleh beberapa riset global bahwa setidaknya ada tiga risiko utama bagi sektor keuangan yaitu risiko resesi, risiko terkait inovasi teknologi, risiko iklim atau ESG. Bahkan muncul satu yang baru yaitu risiko fragmentasi.
Selanjutnya kami akan jabarkan risiko yang akan mengancam faktor ekonomi global yang paling dominan yaitu resesi. Ancaman ini tentu akan memunculkan banyak titik panas pada risiko pasar. Selanjutnya bank akan memebrikan concern yang besar pada risiko kenaikan tingkat bunga, perubahan harga valas dan harga efek-efek di pasar modal dan uang. Sebabnya adalah banyak bank-bank sentral di dunia ini yang mulai melakukan pengetatan dengan meningkatkan bunga acuan. Nah, bagaimana pengetatan itu berakibat pada lembaga perbankan
Yang juga tidak kalah mendapat perhatian adalah risiko terkait lingkungan. Perhatian global soal praktik bisnis dan pengaruhnya kepada lingkungan makin meningkat ketika istilah ESG makin dipopulerkan untuk memperluas cakupan apa yang dinamakan dengan sustainable finance. Bagaimana perbankan mengantisipasinya?
Setelah itu kami juga akan memaparkan risiko terkait perkembangan teknologi digital. Layanan keuangan berbasis teknologi diperkirakan akan terus berkembang dan memunculkan game changer yang baru tahun depan. Bagaimana bank menyiapkan mitigasinya?
Selain sajian pada laporan utama, kami juga setia menghadirkan pembahasan lain pada rubrik-rubrik regular, yang juga tidak kalah menarik. Harapan kami, semoga persembahan kami kali ini bisa menjadi bahan pertimbangan penting bagi para pengambil keputusan untuk mengarungi bisnis di tahun 2023.***