Jakarta, Stabilitas-Antusias masyarakat dalam hari belanja online nasional (Harbolnas) cukup tinggi. UMKM, P2P Lending, dan Market Place turut mewarnai gelaran tahunan tersebut. Namun sangat disayangkan, transaksi yang tercatat masih didominasi oleh transaksi tunai, hal ini tidak sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam inklusi keuangan.
Direktur Eksekutif Kepala DKSP BI, Eni V. Panggabean mengatakan jumlah transaksi tunai melalui ATM dan cash on delivery (COD) masih besar, sebab masih ada ketakutan yang besar pada masyarakat dalam penggunaan teknologi digital. “Masyarakat masih belum percaya dengan online misalnya internet banking. COD dirasa aman, dan penggunaan kartu kredit pun kecil hanya 7 persen,”jelas Eni.
Selain ketakutan akan proteksi, adanya fraud juga menjadi salah satu alasan masyarakat enggan bertransaksi digital.
“Pengguna belum nyaman pakai kartu kredit, dipengaruhi ketakutan akan fraud dan resiko penggunaan kartu kredit,”jelas Eni.
Walaupun demikian, diluar event Harbolnas fenomena penggunaan uang elektronik terus meningkat. Hal ini dibarengi oleh pembangunan infrastruktur yang mendukung.
“Penelitian kami di daerah konstruksi meningkat itu memengaruhi penggunaan kartu atau non tunai. Daerah yang nontunainya tinggi searah dengan pembangunan yang tinggi. Perkembangan e-commerce Indonesia luar bisa. 2011 hanya $1 miliar dolar, kemudian meningkat di 2015 sudah $3.5 miliar. 2016 meningkat diatas $6 miliar. Diperkirakan tahun depan $14 miliar peningkatannya,”jelas Eni.