JAKARTA, Stabilitas.id – Target Net Zero Emission (NZE) yang dicanangkan Pemerintah Indonesia pada tahun 2060, turut menjadi perhatian dan fokus PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG).
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Operasi SIG, Reni Wulandari, dalam sesi talk show “Green Industry Conference” di rangkaian Rapat Tahunan Badan Kejuruan Kimia Persatuan Insinyur Indonesia (BKKPII) 2024 dengan tema “Enhancing Process Safety Management & Green Industry Implementation to Strengthen NZE Acceleration”, yang berlangsung di Universitas Diponegoro, Semarang, pada Kamis (26/9/24).
“Komitmen kami adalah menjadi bagian dari solusi. Karena itu, kami menetapkan strategi, inisiatif, dan target-target dalam Sustainability Road Map SIG 2030 yang menjadi panduan perusahaan dalam transformasi menuju industri hijau dan berkontribusi mewujudkan pembangunan yang ramah lingkungan,” ungkap Reni Wulandari.
Reni Wulandari melanjutkan, SIG mengimplementasikan prinsip ekonomi sirkular untuk menciptakan proses produksi berkelanjutan, salah satunya diwujudkan dalam penggunaan bahan bakar alternatif yang berasal dari sampah perkotaan yang diolah menjadi refuse-derived fuel (RDF), limbah industri dan biomassa, yang menggantikan hingga 20% penggunaan bahan bakar fosil (batu bara) dalam proses produksi semen.
SIG tidak hanya memanfaatkan limbah yang sebelumnya tidak memiliki nilai, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada sumber daya alam dalam produksi semen.
Reni Wulandari juga menjelaskan, SIG mengambil langkah aktif dalam upaya transisi energi dengan mengimplementasikan Energi Baru Terbarukan (EBT) di wilayah operasionalnya. Pengaplikasian solar panel dan optimasi gas panas buang melalui Waste Heat Recovery Power Generation (WHRPG) menjadi bagian dari strategi SIG untuk mempercepat penurunan emisi karbon.
“Di tahun 2023, SIG mencatat peningkatan penggunaan bahan bakar dan bahan baku alternatif sebesar 1,65 juta ton di seluruh pabrik. Selain itu, SIG berhasil mengurangi emisi GRK dari cakupan 1 sebanyak 4,9 juta ton dibandingkan baseline tahun 2010, serta menurunkan emisi cakupan 2 sebesar 0,15 juta ton,” ungkap Reni Wulandari.
Teknologi terapan yang dilakukan SIG juga telah menghasilkan produk semen hijau, menggunakan material dan proses ramah lingkungan dengan emisi karbon yang lebih rendah. Semen hijau hasil karya SIG sejauh ini telah menghasilkan penurunan emisi karbon sampai dengan 38% per ton semen lebih rendah dibandingkan dengan semen konvensional (OPC).
Sejalan dengan komitmen pengembangan semen hijau, SIG juga memperkenalkan precise-interlock brick yang telah diaplikasikan di kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN). Produk ini merupakan inovasi produk turunan semen terbaru yang dinyatakan ramah gempa untuk wilayah dengan tingkat seismisitas tinggi (KDS D) oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (PUSKIM) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Selain itu, Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni mengatakan, saat ini SIG terus meningkatkan operational excellence dan upaya-upaya untuk mendorong penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) di setiap tahapan proses produksi untuk percepatan pencapaian target Net Zero Emission 2060.
“Penggunaan energi bersih seperti panel surya diharapkan akan meningkatkan porsi penggunaan EBT dan mendukung tercapainya target Perusahaan dalam menurunkan intensitas emisi CO2 cakupan 2 yang merupakan emisi tidak langsung dari penggunaan energi listrik seperti tertuang dalam Sustainability Road Map SIG, sehingga mampu meningkatkan kontribusi positif bagi program transisi energi Pemerintah,” tutup Vita Mahreyni.***