Jakarta – PT Bank Rakyat Indonesia Tbk., membukukan laba hingga semester I tahun 2013 mencapai Rp10,012 triliun. Nilai laba tersebut tumbuh 16,34% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp8,61 triliun.
Sementara pertumbuhan kredit untuk periode yang sama tercatat tumbuh sebesar 28.5% secara tahunan menjadi Rp391,77 triliun. Tingginya alokasi kredit terjadi pada kredit mikro BRI yang dalam periode yang sama tumbuh sebesar 26.4% yoy , menjadi Rp122,08 triliun.
Pertumbuhan kredit yang tinggi tersebut juga dibarengi dengan penjagaan kualitas kredit seperti yang tercermin dari tingkat kredit bermasalah (NPL) netto yang terjaga pada 0.41%, menurun dari tingkat NPL dalam semester 1 tahun sebelumnya yang mencapai 0.55%. Sementara NPL kredit mikro yang sebesar 0.46% (nett).
BERITA TERKAIT
Pertumbuhan kredit mikro BRI tidak hanya menghasilkan peningkatan outstanding pinjaman, tetapi juga menghasilkan peningkatan jumlah nasabah. Hingga akhir Juni 2013, jumlah debitur mikro BRI mencapai 5,9 juta orang. Kontribusi kredit mikro BRI dalam portofolio kredit BRI terus meningkat dalam 5 (lima) tahun terakhir.
Dengan pertumbuhan bisnis mikro, yang disertai dengan mulai bertumbuhnya segmen kredit kecil dan menengah, maka komitmen BRI untuk terus mengembangkan segmen Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) di Indonesia sangat kuat, seperti yang tercermin dari dominasi kredit MKM dalam portofolio BRI yang mencapai 73.2% dari total kredit.
"Terjaganya pertumbuhan kredit dan kualitas kredit dikarenakan pengetahuan yang mendalam perseroan tentang karakteristik bisnis mikro," sebut Direktur UMKM Djarot Kusumajakti, di gedung BRI, Jakarta, Selasa (30/7).
Dari sisi pendanaan, BRI juga berhasil menumbuhkan Dana Pihak Ketiga (DPK). Hingga paruh pertama tahun ini, total DPK BRI mencapai Rp439 triliun atau tumbuh 18,3% secara tahunan. Perolehan DPK BRI didominasi oleh penyimpan ritel, seperti yang terlihat dari jumlah rekening simpanan yang per akhir Juni 2013 mencapai sekitar 37 juta rekening.
Direktur Keuangan BRI, Achmad Baiquni menambahkan, tingginya laju laba didorong oleh Fee Based income, selain pendapatan bunga bersih. Fee Based Income BRI meningkat 22.6% menjadi Rp2.2 triliun.
Dengan pertumbuhan tertinggi terjadi pada transaksi e-banking yang tumbuh sebesar 72.2% secara year on year. Selain transaksi e banking, pertumbuhan fee based income BRI juga berasal dari fee yang diperoleh dari Trade Finance, yang dalam kurun waktu yang sama tumbuh sebesar 70,7%. Pesatnya pertumbuhan Trade Finance merupakan salah satu hasil trickle down business dari segmen korporasi BRI.
Keberhasilan BRI untuk terus mengembangkan fee based income nya tidak terlepas dari pengembangan infrastruktur IT dan fitur e-banking yang sampai saat ini mencapai 250 fitur, disertai dengan ekspansi e-channel dan outlet yang bertujuan meningkatkan dan mempermudah akses masyarakat kepada layanan perbankan.