JAKARTA, Stabilitas— Pada paruh pertama tahun 2019, Adira Finance membukukan Rp 19,1 triliun untuk penyaluran pembiayaan baru, naik 4 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2018.
Hafid Hadeli Presiden Direktur Adira Finance mengatakan, segmen sepeda motor naik 9 persen dan segmen mobil stagnan di 0 persen di tengah penjualan industri mobil baru menurun sebesar 13 persen
“Piutang yang dikelola naik sebesar 12 persen menjadi Rp 53,9 triliun, dibandingkan dengan Rp 48,1 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Oleh karena itu, pangsa pasar kami di segmen mobil baru berada di level 4.9 persen, sementara pangsa pasar di motor baru berada di 11.6 persen,”ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (29/7/2019).
Hafid melanjutkan, segmen sepeda motor dan mobil terus memberikan pertumbuhan terbesar. Pihaknya terus memberikan penawaran produk lengkap melalui penyediaan multiproduk dan brands.
Pembiayaan mobil ADMF adalah sebesar Rp 8.07 triliun di 1H2019 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 8,05 triliun. Mobil penumpang berkontribusi sebesar 64 persen dari total pembiayaan mobil, sementara sisanya sebesar 36 persen berasal dari segmen mobil komersial.
Hafidz berdalih, keterlambatan keseluruhan dalam pengeluaran infrastruktur sebagai dampak dari pemilihan presiden baru-baru ini dan penurunan harga komoditas mendorong kelemahan di pasar segmen komersial.
“Setelah pemilu, perusahaan-perusahaan otomotif memperkirakan bahwa penjualan mobil baru akan membaik di 2H2019, di dukung oleh membaiknya kondisi ekonomi dan investasi,”imbuhnya.
Sementara, penjualan sepeda motor ADMF tumbuh sebesar 9 persen menjadi Rp 9,9 triliun di 1H2019. Segmen sepeda motor baru naik 11 persen menjadi Rp 7,3 triliun sementara segmen sepeda motor bekas tumbuh sebesar 5 persen menjadi Rp 2,6 triliun.
Pada semester I tahun 2019, Adira Finance mengalami peningkayan 9 persen (yoy) pada laba bersih mencapai Rp 949 miliar dibandingkan periode yang sama tahun 2018.
Pendapatan bunga naik sebesar 12 persen menjadi Rp 5,89 triliun sementara beban bunga naik 15 persen menjadi Rp 2,33 triliun. Pendapatan bunga bersih naik 10 persen menjadi Rp 3,55 triliun sehingga menghasilkan margin bunga bersih sebesar 14,2 persen.
ROAA dan ROAE perusahaan masing-masing mencapai 6,0 persen dan 28,8 persen.
“NPL kami berada di level 1,9 persen dari piutang yang dikelola di semester I ini. Kehati-hatian kami dalam menyalurkan pinjaman terus mendukung praktek manajemen risiko yang prudent,”tutup Hafid.