Jakarta – PT Bank Central Asia Tbk mencatat pertumbuhan laba bersih pada semester I 2015 naik 8,8% atau mencapai Rp8,5 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp7,9 triliun. Hal itu dipengaruhi pendapatan operasional BCA meningkat 14,2% menjadi Rp22,6 triliun pada semester I dari Rp19,8 triliun pada semester I 2014.
“Di tengah lemahnya ekonomi, BCA pertahankan kinerja positif dengan jaga likuiditas, kualitas kredit, dan permodalan,” ujar Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja, dalam konferensi pers di Hotel Kempinski, Jakarta, Rabu (29/7).
Menurutnya peningkatan biaya overhead sebagai dampak dari ekspansi jaringan dan pelemahan nilai tukar rupiah sampai peningkatan biaya tenaga kerja mampu diimbangi dengan terjaganya marjin bunga bersih sehingga laba cukup baik.
BERITA TERKAIT
Penyaluran portofolio kredit pada semester I mencapai Rp347,1 triliun atau tumbuh 8% ketimbang periode yang sama tahun lalu Rp321,28 triliun. Dorongan kredit utamanya dari kredit konsumer dan komersial serta UKM.
Kredit konsumer bertumbuh 9,2% pada semester I atau sampai Rp96,4 triliun dari semester I 2014 sebesar Rp 88,27 triliun. Sementara itu kredit komersial dan UKM naik 8,3% atau mencapai Rp137,5 triliun dari sebelumnya Rp126,96 triliun.
“Kredit konsumer itu berkat penawaran produk konsumer yang kompetitif dan dapat diterima oleh kalangan luas,” jelas Jahja. Portofolio KPR dan KKB masing-masing naik 7,7% menjadi Rp56,9 triliun dan naik 11,6% menjadi Rp30,5 triliun.
Rasio kredit bermasalah secara nett dikemukakan Jahja masih dalam batas aman yakni 0,2% sedangkan gross 0,7%. NPL kredit konsumer terutama KKB dan KPR cukup baik mencapai 0,5%.
Penyaluran kartu kredit juga meningkat 10,5% pada semester I 2015 atau mencapai Rp9 triliun. Hal itu karena kesadaran merk dan cakupan EDC yang luas.
Rasio kredit bermasalah mencapai 0,7% dengan rasio cadangan kerugian kredit mencapai 292,7%. Di sisi lain Loan to Deposit Ratio mencapai level 75,7% dan rasio kecukupan modal mencapai 29% sampai akhir Juni 2015.
“Dana pihak ketiga tumbuh 8% setara Rp455 triliun sampai akhir Juni dengan dana giro dan tabungan naik Rp20,7 triliun atau tumbuh 6,4% menjadi Rp345,9 triliun, itu 76% dari total DPK,” paparnya. Secara rinci dana tabungan sebesar Rp231,7 triliun, tumbuh 5,5% lalu dana giro sebesar Rp114,2 triliun, tumbuh 8,1% kemudian dana deposito naik 13,7% menjadi Rp109,1 triliun.
Dana cadangan sekunder hingga semester I mencapai Rp75,5 triliun. Diperkirakan pada semester kedua jika program belanja pemerintah dapat terlaksana maka dampak positif akan diperoleh.
Total aset pun mencapai Rp5.793 triliun tumbuh 15,7% ketimbang semester I 2014 yang hanya Rp5.008 triliun. Pertumbuhan kredit sampai akhir tahun diperkirakan akan mencapai 12%.
Pada kesempatan yang sama Direktur Korporasi BCA, Dahlia Ariotedjo, mengatakan permintaan yang turun dalam penyaluran kredit datang hampir dari semua sektor. “Dari portfolio yang dicorporate 80% dari industri ada penurunan,” lanjutnya.
Penurunan drastis datang dari industri kelapa sawit, transportasi, otomotif, dan motor, telekomunikasi, transportasi dan logistik, serta rokok dan tembakau. Sementara itu industri pariwisata cukup meningkat, bahan kimia plastik, makanan pokok, farmasi dan alat kesehatan, dan makanan minuman masih tumbuh.