Jakarta – Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas) berencana kembali menerbitkan surat utang jangka menengah (medium term notes/MTN) sebesar Rp300 miliar pada semester I tahun ini. Dana yang diperoleh dari aksi korporasi tersebut akan digunakan perseroan untuk membayar surat utang jatuh tempo pada Juni 2013 mendatang.
Menurut Direktur Utama Perumnas Himawan Arief, penerbitan surat utang jangka menengah tersebut memiliki masa tenor 10-12 bulan. “Untuk pembayaran jatuh tempo MTN, ada dua pendanaan yang kita rancang, yaitu melalui pinjaman perbankan dan penerbitan MTN. Ini akan kita lakukan di semester pertama tahun ini juga,” ujarnya di Jakarta, Kamis (11/4).
BERITA TERKAIT
Catatan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) menunjukkan MTN Perumnas sebesar Rp70 miliar akan jatuh tempo pada pertengahan Juni 2013. Menurutnya, selain untuk pembayaran utang jatuh tempo, dana dari penerbitan surat utang jangka menengah ini juga akan digunakan perseroan sebagai belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini. Ia menuturkan hingga saat ini perseroan masih menerbitkan MTN karena belum memperoleh rating.
“Untuk penjamin emisinya (underwriter) bisa saja dari MTN yang sebelumnya telah kita terbitkan, sebelumnya kita menggunakan underwriter PT Mandiri Sekuritas dan PT Danareksa Sekuritas,” imbuhnya.
Untuk diketahui, pada tahun ini Perumnas membutuhkan dana tambahan berkisar Rp400-500 miliar. Dana ini akan digunakan perseroannya untuk investasi seperti tanah, modal kerja dan menjalankan proyek yang telah diprogramkan.
Himawan menjelaskan, saat ini perusahaannya masih memiliki plafon perbankan sebesar Rp450 miliar. Plafon pembiayaan perbankan tersebut menurut dia bisa saja dipergunakan untuk refinancing MTN. “Untuk pembayaran MTN yang sudah jatuh tempo memang masih kita jajaki, bisa saja platfon dari beberapa projek perbankan. Salah satunya berasal dari PT Bank Tabungan Negara (BTN),” ujar dia.
Sepanjang tahun ini, Perumnas menargetkan pembangunan 20.000 rumah sederhana bersubsidi, baik rumah susun maupun rumah tapak. Selain itu, Perumnas juga berekspansi pada pembangunan hotel. Untuk merealisasikan program tersebut, capex yang disiapkan perseroan sebesar Rp280 miliar untuk pembelian lahan dan pengembangan bisnis. Dari target pengadaan 20.000 unit tersebut, ujar Himawan, komposisi mencakup rumah sederhana bersubsidi 70%, rumah menengah bawah nonsubsidi 20%, dan rumah menengah 10%. Adapun penyerapannya diperkirakan sebesar 12.000-13.000 unit.
Himawan menambahkan, pihaknya berencana mengembangkan bisnis berupa hotel di Bandung dan Semarang. Pembangunan hotel memanfaatkan lahan di tengah kota. Perusahaan BUMN itu saat ini memiliki stok lahan (land bank) sekitar 3.000 hektar, meliputi sisa lahan 2.000 hektar, pengadaan baru 200 hektar, dan kerja sama lahan oleh anak perusahaan seluas 850 hektar.
Tahun ini Perumnas berencana menggerakkan kembali pembangunan rumah susun milik bersubsidi yang sempat terhenti di sejumlah wilayah. Di antaranya, pembangunan tiga menara rumah susun milik bersubsidi bekerja sama dengan Kementerian BUMN. Ketiga menara itu terdiri dari dua menara di Kemayoran, Jakarta Pusat, dan satu menara di Jakarta Timur. Selain itu, pihaknya juga akan membangun tiga menara rumah susun di Jakarta Timur, tiga menara di Bandung, dua menara di Bekasi, dan empat menara di Cengkareng. Sepanjang tahun 2012, total pembangunan rumah oleh Perumnas sebanyak 18.900 unit atau melampaui target 16.000 unit.