JAKARTA, Stabilitas.id – Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berkomitmen untuk menjalankan pembangunan infrastruktur berkelanjutan dengan mengoptimalisasi penggunaan semen ramah lingkungan.
Hal tersebut diungkapkan oleh Plt. Direktur Pengembangan Jasa Konstruksi, Dicki Rinaldi, dalam workshop bertema Optimalisasi Penggunaan Semen Ramah Lingkungan, di Tribrata Hotel & Convention Center Darmawangsa, Jakarta, pada Kamis (17/10/24).
Dicki juga menegaskan pentingnya penggunaan material ramah lingkungan, khususnya Non Ordinary Portland Cement atau semen Non-OPC, sebagai bagian dari upaya mendukung pembangunan infrastruktur berkelanjutan.
“Kita harus memastikan pembangunan infrastruktur yang kita lakukan memperhatikan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan kapasitas daya dukung lingkungan,” ungkap Dicki.
Dicki Rinaldi menambahkan, penggunaan semen Non-OPC, yang memiliki keunggulan dari sisi teknis, ekonomi, dan lingkungan, harus dioptimalkan dalam setiap proyek pembangunan di bawah Kementerian PUPR.
Workshop Pembahasan Optimalisasi Penggunaan Semen Ramah Lingkungan diselenggarakan oleh Kementerian PUPR dan didukung oleh Asosiasi Semen Indonesia (ASI).
Hadir sebagai narasumber Direktur Keberlanjutan Konstruksi dan seluruh Direktorat Bina Teknik di Kementerian PUPR, Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, Iswandi Imran dan Ketua ASI, Lilik Unggul Raharjo.
Dalam kesempatan tersebut, Guru Besar Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB, Iswandi Imran menyampaikan, pengembangan semen ramah lingkungan Non-OPC di Indonesia sudah cukup baik. Saat ini, terdapat beragam tipe semen ramah lingkungan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan, seperti low heat, high durablity, high performance, high strength, dan lainnya.
“Standar dan regulasi semen ramah lingkungan di Indonesia juga sudah lengkap, baik dari sisi SNI materialnya, maupun juga SNI untuk desainnya. Ini sudah terakomodasi semua. Bahkan tadi juga disampaikan oleh bapak-bapak dan ibu dari PUPR, spesifikasinya pun sudah mengadopsi hal-hal tadi,” ungkap Iswandi Imran.
Sementara itu, Ketua ASI, Lilik Unggul Raharjo menjelaskan, semen Non-OPC memiliki banyak keunggulan, seperti emisi karbon yang lebih rendah dan meminimalisir penggunaan sumber daya alam. Semen Non-OPC juga berfokus pada kualitas dan keberlanjutan konstruksi, termasuk di antaranya kekuatan dan daya tahan.
Terkait pasokan, Lilik Unggul Raharjo menyampaikan, total kapasitas semen Non-OPC di Indonesia mencapai sekitar 93 juta ton.
“Supply mapping-nya mulai dari ujung Sumatra hingga Papua semua sudah memproduksi PCC (Portland Composite Cement). Kemudian beberapa pabrik anggota ASI seperti pabrik SIG yang ada di Narogong sudah memproduksi full Non-OPC, seperti PCC, PPC (Portland Pozolan Cement), slag, kemudian juga hidraulis. Demikian pula pabrik di Tuban dan Tonasa. Anggota asosiasi yang lain juga ada yang sudah melakukannya,” jelas Lilik Unggul Raharjo.
Menanggapi hal tersebeut, Direktur Utama SIG, Donny Arsal, menyambut positif upaya Kementerian PUPR untuk optimalisasi penggunaan semen ramah lingkungan dalam pekerjaan konstruksi.
“Semen hijau SIG adalah solusi terbaik untuk konstruksi ramah lingkungan yang rendah karbon dan bisa menjadi pilihan utama bagi pemerintah, serta pengembang properti untuk meningkatkan keunggulan dan daya saing,” ungkap Donny Arsal.
Donny Arsal menambahkan, SIG menghadirkan juga produk precise interlock brick untuk solusi pembangunan rumah yang efektif, efisien, serta ramah gempa. Penggunaan precise interlock brick juga membuat durasi konstruksi lebih cepat, dan tampilan yang modern.
”Produk precise interlock brick telah diaplikasikan pada contoh hunian tapak ramah lingkungan tipe 36 di IKN (Ibu Kota Nusantara) yang dibangun dalam waktu 15 hari. Inovasi ini diharapkan dapat mendukung pemerintah dalam penyediaan rumah layak huni bagi masyarakat, guna mengatasi backlog perumahan di Indonesia,” tutup Donny Arsal.***