JAKARTA, Stabilitas.id – Pupuk Kalimantan Timur (PKT) terus berinovasi dan menggali banyak potensi sebagai tujuan untuk mendukung ketahanan pangan nasional, sekaligus langkah menguasai Asia Pasifik 5 tahun ke depan.
Upaya tersebut dilakukan salah satunya dengan diversifikasi usaha yang berfokus pada produk bernilai tambah yang ramah lingkungan, melalui pengembangan pabrik untuk soda ash.
Sebagai informasi, Soda ash menjadi salah satu komponen bahan baku yang sangat diperlukan di kehidupan masyarakat sehari-hari. Setiap tahunnya, Indonesia mengimpor sebanyak hampir 1 juta ton soda ash yang dipakai sebagai bahan baku utama pembuatan kaca, keramik, tekstil, kertas, dan aki.
Direktur Operasi dan Produksi PKT, Hanggara Patrianta mengatakan, hal tersebut menjadi peluang perusahaan untuk melakukan diversifikasi usaha, yang sejalan dengan upaya pemerintah menciptakan industri yang mandiri.
“PKT mengambil peran melalui diversifikasi usaha yang dilakukan untuk meningkatkan peluang usaha dalam negeri. Pembangunan soda ash ini menjadi salah satu program hilirisasi yang dilakukan oleh PKT,” ungkapnya.
Dalam mewujudkan hal tersebut, PKT akan membangun pabrik soda ash dengan kapasitas 300.000 MTPY di lahan seluas 16 hektar di kota Bontang, Kalimantan Timur. Rencana tersebut diharapkan dapat menyerap sekitar 1.000 tenaga kerja lokal di Bontang selama proyek pembangunan.
Project Manager Soda Ash, Wildan Hamdani menyampaikan, proyek tersebut akan dibangun di kawasan Industri Kaltim Industrial Estate (KIE) yang masih berada di area PKT di Bontang. Selain itu, Izin lingkungan juga sudah diperoleh pada Desember 2022 lalu.
“Saat ini, proyek soda ash dalam proses prakualifikasi dan segera akan dilakukan tender. Kita juga melihat adanya potensi pelibatan industri lokal untuk pengadaan bahan baku soda ash seperti garam industri, bahan baku pembuatan soda ash yaitu CO2 dan amonia. Jika semua berjalan lancar, ditargetkan pabrik soda ash ini akan selesai dibangun pada akhir tahun 2026,” jelas Wildan.
Produksi soda ash nantinya akan menggunakan bahan baku CO2 hasil emisi pabrik dan amonia sebagai by product pembuatan urea.
“Dengan dibangunnya pabrik soda ash ini, selain bisa mengurangi impor Indonesia, ini nantinya akan menyerap lebih banyak CO2 sekitar 174.000 ton per tahun sehingga beban emisi CO2 perusahaan,” tutup VP Riset PKT, Awalia Noor Baroroh.***