BANYUWANGI, Stabilitas – Meski masih terkendala dalam pendistribusiannya, layanan keuangan tanpa kantor dalam rangka keuangan inklusif (Laku Pandai) yang diluncurkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2015 silam, kini terus bertumbuh. Hingga bulan Juni 2019, agen Laku Pandai tercatat sudah mencapai 1.123.098 agen yang tersebar di seluruh Indonesia dengan persentase 65 persen di pulau Jawa, dan 35 persen di luar pulau Jawa.
“Sementara saat ini, kepemilikan rekening Laku Pandai baru mencapai 49 persen, lebih rendah dari India yang telah mencapai 70 persen. Namun masih lebih baik dibanding tahun 2011 yang penetrasinya baru mencapai 19,6 persen,” papar Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK Mohammad Miftah dalam media gathering di Banyuwangi, belum lama ini.
Sedangkan rekening Basic Saving Account (BSA), salah satu produk besutan Laku Pandai juga tumbuh cukup pesat. Hingga Juni 2019, tercatat 24 juta rekening dengan saldo Rp2,49 triliun, berbanding jauh dengan Juni 2015 yang hanya berkisar 35. 984. Persebarannya berada di Pulau Jawa sekitar 68 persen dan luar Pulau Jawa sekitar 22 persen.
Di tahun 2019 ini, OJK menargetkan nasabah Laku Pandai tumbuh 75 persen atau sekitar 52,6 juta rekening. “Tahun ini pemerintah menargetkan 75 persen. Angka 75 persen itu sekitar 56,2 juta rekening kalau mau targetnya tercapai. Ini cukup sulit, tapi saya yakin bisa,” kata Miftah yakin.
Kesulitan tersebut, sambung Miftah lantaran program Laku Pandai ini menghadapi beberapa kendala dalam pendistribusiannya. Diantaranya, kendala penyediaan teknologi informasi dan infrastruktur di beberapa daerah terpencil di Indonesia, terutama bagian Timur Indonesia.
“Program yang dikeluarkan pemerintah ini masih terkendala jaringan informasi dan komunikasi di daerah-daerah yang susah sinyal. Sementara Laku Pandai itu syarat utamanya memang real-time dan coverage,” ujar mantan Deputi Direktur Spesialis Penelitian Mikroprudensial OJK ini.
Untuk itu, Miftah pun berharap, pemerintah bisa ikut serta untuk segera mengatasi masalah jaringan teknologi informasi di daerah-daerah terpencil tersebut karena tidak semua bank penyelenggara program Laku Pandai memiliki satelit seperti yang dimiliki Bank BRI yang bisa menjangkau daerah yang susah sinyal.
Pembangunan infrastruktur yang belum merata di beberapa daerah terpencil juga menjadi kendala penyebaran program Laku Pandai ini. Alhasil, agen Laku Pandai kesulitan saat harus menyetor ke kantor cabang bank penyelenggara.
“Ketika agen mendapat setoran dari nasabah BSA, dia mesti menyetorkan lagi ke bank karena harus menjaga likuiditas dan menyiapkan uang kas yang cukup di rumahnya,” papar Miftah.