JAKARTA, Stabilitas—Badan Pusat Statistik BPS) mencatatkan pertumbuhan ekonomi selama 2018 sebesar 5.17 persen. Angka ini naik 0.10 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 5,07 persen serta mencatatkannya sebagai yang tertinggi sejak tahun 2014.
“Tahun 2014 hanya tumbuh 5,01 persen, 2015 sebesar 4,88 persen, 2016 sebesar 5,03 persen, dan 2017 sebesar 5,07 persen,” ujar Kepala BPS Suhariyanto di Jakarta, Rabu (6/2/2019).
Suharyanto mengatakan, pertumbuhan ekonomi tersebut ditunjang oleh konsumsi rumah tangga yang dipengaruhi penjualan eceran yang tumbuh 4,74persen dan penjualan wholeshale sepeda motor dan mobil yang tumbuh masing-masing 7,44 persen dan 5,42 persen.
BERITA TERKAIT
“Memang masih ditunjang oleh konsumsi rumah tangga dan juga transaksi uang elektronik.”kata dia.
BPS mencatat nilai transaksi uang elektronik meningkat 13,77 persen dibandingkan periode yang sama yang hanya tumbuh 9,06 persen. Dari sisi investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh melambat 6,01 persen atau berkontribusi 2,17 persen terhadap perekonomian 2018.
“Konsumsi pemerintah tumbuh 4,56 persen atau berkontribusi 0,38 persen terhadap perekonomian di 2018,”papar Suhariyanto
Suharyanto menambahkan, meskipun menjadi yang tertinggi sejak 2014, pertumbuhan ekonomi 2018 tersebut masi jauh dari target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen. Dirinya menilai, hal ini disebabkan saat menyusun RPJMN keadaan ekonomi sedang membaik.
“Banyak hal yang tidak terduga. Kan belum terpikirkan The Fed naikkan suku bunga atu ada perang dagang Amerika dan Tiongkok,”pungkasnya.