JAKARTA, Stabilitas.id – Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik seiring dengan perkembangan ekonomi yang berangsur pulih dan semakin terkendalinya pandemi Covid-19.
Indikator dimaksud BI adalah nilai tukar dan inflasi. Mengutip informsi resmi yang dilansir dari website BI, Minggu (29/5/2022), pada akhir hari Rabu, 25 Mei 2022 Rupiah ditutup menguat di level (bid) Rp14.630 per dolar AS. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun di 7,17%. DXY melemah ke level 101,83. Sementata Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun turun ke level 2,747%.
Selanjutnya pada pagi hari Jumat, 27 Mei 2022, Rupiah dibuka pada level (bid) Rp14.610 per dolar AS. Sedangkan Yield SBN 10 tahun turun di level 7,15%.
BERITA TERKAIT
Sementara itu, Aliran Modal Asing (Minggu IV Mei 2022), tercatat antara lain, Premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke level 102,09 bps per 26 Mei 2022 dari 126,00 bps per 20 Mei 2022.
Berdasarkan data transaksi 23-25 Mei 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp3,22 triliun terdiri dari beli neto di pasar SBN sebesar 2,97 triliun dan beli neto di pasar saham sebesar Rp0,24 triliun.
Berdasarkan data setelmen s.d 25 Mei 2022 (ytd), nonresiden jual neto Rp102,15 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp62,66 triliun di pasar saham.
Sementara Inflasi berada pada level yang rendah dan terkendali. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Mei 2022, perkembangan inflasi sampai dengan Minggu IV Mei 2022 diperkirakan inflasi sebesar 0,35% (mtm).
Dengan perkembangan tersebut, perkiraan inflasi Mei 2022 secara tahun kalender sebesar 2,51% (ytd), dan secara tahunan sebesar 3,50% (yoy).
Penyumbang utama inflasi Mei 2022 sampai dengan minggu IV Mei yaitu komoditas bawang merah sebesar 0,07% (mtm), angkutan udara, sebesar 0,06% (mtm), telur ayam ras sebesar 0,05% (mtm), daging ayam ras sebesar 0,02% (mtm), daging sapi, cabai merah, udang basah, kacang panjang, jeruk, sawi hijau, tempe, tahu mentah, bahan bakar rumah tangga, angkutan antar kota, nasi dengan lauk, dan air minum kemasan, masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi pada periode minggu ini yaitu minyak goreng sebesar 0,02% (mtm) dan emas perhiasan sebesar 0,01% (mtm).
Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah tekanan eksternal yang meningkat, serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.***