JAKARTA, Stabilitas.id – Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik yang terdiri atas indikator nilai tukar dan inflasi
Perkembangan Nilai Tukar 31 Oktober – 4 November 2022
Pada akhir hari Kamis, 3 November 2022, Rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.695 per dolar AS. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke 7,39%. DXY menguat ke level 112,93. Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun naik ke level 4,147%.
BERITA TERKAIT
Pada pagi hari Jumat, 4 November 2022, Rupiah dibuka pada level (bid) Rp15.740 per dolar AS. Yield SBN 10 tahun naik ke level 7,46%.
Aliran Modal Asing (Minggu I November 2022)
Premi CDS Indonesia 5 tahun naik ke 139,39 bps per 3 November 2022 dari 130,44 bps per 28 Oktober 2022.
Berdasarkan data transaksi 31 Oktober – 3 November 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp0,90 triliun terdiri dari beli neto Rp0,08 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp0,82 triliun di pasar saham.
Selama tahun 2022, berdasarkan data setelmen s.d. 3 November, nonresiden jual neto Rp176,33 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp78,86 triliun di pasar saham.
Inflasi
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu I November 2022, perkembangan harga sampai dengan minggu pertama November 2022 diperkirakan inflasi sebesar 0,08% (mtm).
Komoditas utama penyumbang inflasi November 2022 sampai dengan minggu pertama yaitu telur ayam sebesar 0,02% (mtm), daging ayam ras, beras, minyak goreng, tahu mentah, tomat, tempe, jeruk, dan sawi hijau masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi pada periode minggu pertama November yaitu cabai merah sebesar -0,07% (mtm), cabai rawit sebesar -0,03% (mtm), dan bawang putih sebesar -0,01% (mtm).
Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.***