JAKARTA, Stabilitas.id – Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik yang terdiri atas indikator nilai tukar dan inflasi.
Pada akhir hari Kamis, 27 Oktober 2022, rupiah ditutup di level (bid) Rp15.565 per dolar AS. Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke 7,55%. DXY melemah ke level 110,59. Yield UST (US Treasury) Note 10 tahun turun ke level 3,919%.
Pada pagi hari Jumat, 28 Oktober 2022, rupiah dibuka pada level (bid) Rp15.555 per dolar AS. Yield SBN 10 tahun turun ke level 7,49%.
Selanjutnya, aliran modal asing pada minggu IV Oktober 2022 antara lain, Premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke 136,22 bps per 27 Oktober 2022 dari 156,97 bps per 21 Oktober 2022.
Berdasarkan data transaksi 24 – 27 Oktober 2022, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp3,02 triliun terdiri dari beli neto Rp0,21 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp2,81 triliun di pasar saham.
Selama tahun 2022, berdasarkan data setelmen s.d. 27 Oktober 2022, nonresiden jual neto Rp177,08 triliun di pasar SBN dan beli neto Rp74,73 triliun di pasar saham.
Perkembangan Inflasi
Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada minggu IV Oktober 2022, perkembangan harga sampai dengan minggu keempat Oktober 2022 diperkirakan inflasi sebesar 0,05% (mtm).
Komoditas utama penyumbang inflasi Oktober 2022 sampai dengan minggu keempat yaitu bensin sebesar 0,05% (mtm), tarif angkutan dalam kota sebesar 0,04% (mtm), tahu mentah sebesar 0,02% (mtm), beras, tempe, angkutan antar kota dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 0,01% (mtm).
Sementara itu, komoditas yang mengalami deflasi pada periode minggu keempat Oktober yaitu cabai merah sebesar -0,11% (mtm), telur ayam ras sebesar -0,07% (mtm), daging ayam ras sebesar -0,04% (mtm), cabai rawit sebesar -0,03% (mtm), serta tomat dan daging sapi masing-masing sebesar -0,01% (mtm).
Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.***