JAKARTA, Stabilitas.id – Bank Indonesia menyampaikan perkembangan indikator stabilitas nilai Rupiah secara periodik yang terdiri atas indikator nilai tukar dan inflasi, sebagai berikut:
Perkembangan Nilai Tukar 9-12 Januari 2023
Pada akhir hari Kamis, 12 Januari 2023
- Rupiah ditutup pada level (bid) Rp15.336 per dolar AS.
- Yield SBN (Surat Berharga Negara) 10 tahun turun ke 6,73%.
- DXY[1] melemah ke level 102,25.
- Yield UST (US Treasury) Note[2] 10 tahun turun ke level 3,440%.
Pada pagi hari Jumat, 13 Januari 2023
- Rupiah dibuka pada level (bid) Rp15.200 per dolar AS.
- Yield SBN 10 tahun turun ke 6,61%.
Aliran Modal Asing (Minggu II Januari 2023)
- Premi CDS Indonesia 5 tahun turun ke 86,82 bps per 12 Januari 2023 dari 92,63 bps per 6 Januari 2023.
- Berdasarkan data transaksi 9-12 Januari 2023, nonresiden di pasar keuangan domestik beli neto Rp9,95 triliun (beli neto Rp12,36 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp2,42 triliun di pasar saham).
- Selama tahun 2023, berdasarkan data setelmen s.d. 12 Januari 2023, nonresiden beli neto Rp16,31 triliun di pasar SBN dan jual neto Rp5,32 triliun di pasar saham.
Perkembangan Inflasi
- Berdasarkan Survei Pemantauan Harga pada Minggu II Januari 2023, perkembangan harga sampai dengan minggu kedua Januari 2023 diperkirakan terjadi inflasi sebesar 0,41% (mtm).
- Komoditas utama penyumbang inflasi Januari 2023 sampai dengan minggu kedua yaitu cabai rawit 0,07% (mtm), cabai merah 0,06% (mtm), bawang merah 0,05% (mtm), beras 0,04% (mtm), rokok kretek dengan filter 0,03% (mtm), emas perhiasan 0,02% (mtm), serta bawang putih, kangkung, tahu mentah, daging ayam ras, bayam, nasi dengan lauk, rokok kretek dan tarif air minum PAM masing-masing sebesar 0,01% (mtm). Sementara itu, sejumlah komoditas yang menyumbang deflasi pada periode ini yaitu bensin -0,06% (mtm), telur ayam ras, angkutan udara masing-masing sebesar -0,03% (mtm) dan tomat -0,01% (mtm).
Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pemulihan ekonomi lebih lanjut.***