JAKARTA, Stabilitas.id – Dikutip dari Outlook Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia 2020/2021, selama pandemi, pertumbuhan subsektor kriya mengalami penurunan pendapatan sekitar -3,31%. Namun, subsektor ini berhasil bertahan secara perlahan.
Subsektor kriya menyumbangkan Rp166,13 Triliun untuk PDB (Pendapatan Domestik Bruto) Nasional pada 2020, dan menjadi subsektor ekonomi kreatif dengan pendapatan terbesar kedua, yakni sebesar 4,95 US Dollar di tahun yang sama.
Kriya menjadi salah satu subsektor yang sangat dekat dengan industri pariwisata Indonesia. Berbagai macam kerajinan tangan dihasilkan dengan ciri khas tersendiri, mulai dari kerajinan tangan berbahan kayu, logam, kulit, kaca, keramik, tekstil, hingga perak.
Salah satunya adalah Yogayakarta salah satu kota penghasil produk kriya yang tidak kalah popular. Salah satu produk kriya asli Yogyakarta yang populer dan masih menjadi incaran banyak wisatawan adalah kerajinan perak khas Kotagede.
Sering dijuluki “Jewellery of Jogja”, Kotagede masih menjadi sentra kerajinan perak populer di Indonesia, dan selalu ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara. Pengrajin di Kotagede dikenal telaten dalam seni menempa, mengukir, dan membentuk perak menjadi berbagai macam bentuk.
Seluruh pengrajin perak di Kotagede juga menciptakan ratusan jenis kerajinan yang unik dan sangat khas, mulai dari cincin, bros, miniatur sepeda, miniatur andong, dan berbagai perhiasan hingga aksesori lainnya.
Banyak turis mancanegara berdatangan mencari perhiasaan perak khas Kotagede sebagai aksesori atau cenderamata. Menariknya lagi, keindahan hasil kerajinan perak Kotagede juga banyak yang diekspor ke luar negeri.
Selain membuka peluang lapangan kerja seluas-luasnya, popularitas kerajinan perak di pasar internasional juga diharapkan terus mendorong kebangkitan ekonomi nasional pasca pandemi.***