Judul Buku : The 360° Leader: Membangun Pengaruh dari Posisi Manapun dalam Organisasi (John C. Maxwell, Thomas Nelson Inc – Nashville, Tennessee, Amerika Serikat, 2005 (I) – 2011 (II) ; Indonesia – BIP.
MEMBACA judul pokok dari buku ini, The 360 Degree Leader, kita mungkin menebak bahwa isinya akan berkisar seorang pemimpin yang mampu melihat ke segala arah. Tebakan itu tidak sepenuhnya salah. Namun ketika kita mulai membuka lembar demi lembar buku karangan John C Maxwell itu, kita mulai bisa menangkap apa yang dimaksud judul itu.
Ya, Maxwell adalah seorang penulis dan pembicara mengenai kepemimpinan yang berpengaruh di Amerika Serikat dan juga global. Beberapa bukunya soal tema tersebut telah menjadi acuan banyak pemimpin-pemimpin perusahaan. Sebut saja Winning with People, Thinking for a Change, and yang cukup fenomena Developing the Leader within You dan The 21 Irrefutable Laws of Leadership. Bahkan sekolah bisnis menjadikan buku-buku Maxwell sebagai pegangan saat membahas soal kepemimpinan.
Dalam buku yang diterbtkan pertama kali tahun 2005 ini dan dirilis ulang 2011 lalu, Maxwell memang menyoroti pentingnya pemimpin tengah, atau dalam perusahaan orang-orang ini kerap berada di level manajer menengah. Menurut dia, maju mundurnya perusahaan kerap ditentukan oleh pemimpin-pemimpin di level ini.
Pemimpin tengah adalah mereka yang memiliki atasan dan bawahan sekaligus. Sehingga dia dituntut untuk memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang di atas mereka, yang selevel dengan mereka dan bawahan mereka. “Berhubungan” dalam buku ini berarti mempengaruhi. Inilah perasan paling inti dari isi buku ini.
Untuk menjadi pemimpin efektif meskipun tidak berada di pucuk kekuasaan, Maxwell memulai ulasannya dengan menjabarkan pandangan keliru tentang posisi pimpinan. Misalnya dia mengatakan bahwa orang-orang sering beranggapan bahwa mereka baru bisa memimpin jika sudah berada di puncak pimpinan. Atau mereka baru akan bisa memiliki penagruh jika sudah menjadi pimpinan teratas. Semua anggapan itu dibantah oleh Maxwell dengan mengatakan bahwa memimpin itu melulu soal kemampuan mempengaruhi, alih-alih soal posisi.
Setelah memahami mitos-mitos mengenai pemimpin dan kepemimpinan, JCM melanjutkan dengan pembahasan mengenai tantangan-tantangan. Dia menulis bahwa untuk menjadi pemimpin seorang karyawan level menengah harus mengatasi hal-hal sulit yang biasa dia hadapi dalam lingkungan kerja sehari-hari. Namun begitu, dia juga memberikan kiat-kiat bagaimana mengatasi tantangan-tantangan itu.
Tiga bagian berikutnya merupakan pembahasan utama dari buku ini. Yaitu bagaimana seorang pemimpin tengah seharusnya bertindak agar mampu mempengaruhi pimpinannya (memimpin ke atas). Juga bagaimana meningkatkan kemampuan untuk memberi pengaruh kepada koleganya atau sesame pemimpin tengah lainnya (memimpin ke samping). Dan terakhir juga bagaimana mengelola orang-orang yang menjadi bawahannya (memimpin ke bawah). Tidak hanya memberi saran, dalam bagian ini Maxwell juga memberikan kiat-kiat agar pengaruh pemimpin tengah itu pada tiga tingkatan level kepemimpinan itu bisa efektif dan memberikan nilai kepada organisasi.
Di akhir buku Maxwell mengulas bagian mengenai nilai dari pemimpin 360 derajat itu. Dia menyimpulkan bahwa Sebuah Tim Pemimpin Lebih Efektif dari Hanya Satu Pemimpin, Pemimpin Dibutuhkan di Semua Level. Dalam kesimpulan dia juga menyatakan bahwa Sukses Memimpin di Satu Level adalah Penentu di Level Selanjutnya dan terakhir adalah Pemimpin 360 Derajat Memiliki Kualitas yang Diperlukan di Setiap Organisasi.
Pada dasarnya buku ini mengulas hal-hal mendasar dalam menjalani hubungan dengan pegawai lain dalam organisasi dengan tujuan bisa memberikan pengaruh (positif) kepada mereka agar bisa mencapai visi perusahaan. Menariknya, meski ulasan-ulasannya banyak yang bersifat “kebajikan”, namun tidak terkesan klise atau normatif.
Buku ini cocok dibaca dan dipelajari oleh pegawai di level menengah dari setiap organisasi, kendati ilustrasi yang bisa membantu pemahaman pembaca relatif sedikit.***