JAKARTA, Stabilitas – Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mencatat pertumbuhan signifikan pada lini pandapatan anggotanya sejalan dengan perkembangan ekonomi yang terus membaik. Di kuartal III-2016 misalnya, data AAJI menyebutkan total pendapatan industri asuransi jiwa tumbuh 78,1 persen menjadi Rp158,65 triliun, dari posisi sebesar Rp89,10 triliun di kuartal III-2015.
Ketua Umum AAJI Hendrisman Rahim dalam paparanya di Plaza Indonesia, Jakarta, Jumat (18/11/2016) mengatakan, pertumbuhan pendapatan banyak disokong oleh pendapatan premi yang meningkat dan merupakan penyumbang terbesar 73,2 persen terhadap total pendapatan industri asuransi jiwa.
“Total pendapatan premi naik 15,1 persen menjadi Rp116,06 triliun dari Rp100,80 triliun,” ucap Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya ini.
Hendrisman menguraiakn, pendapatan premi yang naik menjadi Rp116,06 triliun ini didukung oleh meningkatnya pendapatan premi dari saluran distribusi, utamanya saluran distribusi bancassurance yang mengalami pertumbuhan sebesar 32 persen, serta berkontribusi 42 persen dari keseluruhan total pendapatan premi asuransi jiwa.
Dia mengakui bahwa meningkatnya saluran distribusi bancassurance ini, semakin meningkatkan kerja sama yang dilakukan oleh pihak perbankan dengan sebagian perusahaan asuransi jiwa, serta potensi pertumbuhan yang baik, di mana pemasaran asuransi melalui bancassurance relatif lebih mudah dilakukan.
“Mengapa mudah dilakukan, karena pasar yang dibidik adalah nasabah perbankan yang telah lebih memahami beragam jenis jasa keuangan,” tutur dia.
Hasil Investasi
Selain pendapatan premi, peningkatan pertumbuhan pendapatan juga ditopang hasil investasi yang tumbuh 329,1 persen dari Rp 15,91 triliun di kuartal III 2015 menjadi Rp 36,45 triliun di kuartal III 2016. “IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) membaik tahun ini menjadikan hasil investasi kami juga melonjak,” tutur Hendrisman.
Mengapa IHSG berpengaruh pada pendapatan asuransi jiwa, karena kata Hendrisman, investasi asuransi jiwa yang terdapat di produk reksadana menjadi porsi terbesar yakni sebesar 30,5 persen atau Rp 126,24 triliun. Pada posisi kedua, investasi pada saham sebesar Rp 107,40 triliun. “Kuartal III 2016 tumbuh 53 persen dibanding kuartal III 2015,” tambahnya.
Sementara itu investasi pada SBN (Surat Berharga Negara) sebesar Rp 57,1 triliun, angka itu tumbuh 26,3 persen dari posisi kuartal III 2015 sebesar Rp 45,2 triliun. Investasi ke sukuk korporasi sebesar Rp 31,04 triliun atau 8,3 persen, angka itu tumbuh 22 persen dari posisi akhir kuartal III 2015 sebesar Rp 25,45 triliun.