JAKARTA, Stabilitas.id – Situasi pembiayaan pada APBN masih terjaga secara baik dan menunjukkan adanya perbaikan yang luar biasa. Ini menunjukkan bahwa indikator kesehatan APBN secara perlahan mulai membaik.
Hal ini diungkapkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati pada Konferensi Pers APBN KITA, yang dilaksanakan secara daring, pada Kamis (11/8/22).
“Realisasi pembiayaan melalui penerbitan utang sampai dengan 31 Juli 2022 turun 49,5% dibanding periode yang sama tahun 2021,” ungkap Menkeu.
BERITA TERKAIT
Dalam hal ini, pembiayaan utang melalui penerbitan SBN pada tahun lalu hingga Juli 2021 tercatat sebesar Rp487,4 T, namun pada tahun ini hingga Juli 2022 pemerintah hanya menerbitkan Rp223,9 T.
Secara year on year, penerbitan utang negara ini turun sebesar 54,1%. Sementara itu, pada pinjaman terdapat penurunan yang mencapai 169,1%.
“Ini artinya, APBN semakin diupayakan untuk pulih kesehatannya. Pada tahun ketiga dari Covid, (APBN) sudah mulai pulih kembali, yang menyebabkan apresiasi lembaga-lembaga rating terhadap Indonesia itu sangat baik bahkan melakukan upgrade,” lanjut Menkeu.
Menkeu melanjutkan bawha kondisi ekonomi Indonesia mendapat apresiasi dari Lembaga Internasional yang ditandai dengan perbaikan outlook peringkat kredit dari S&P dan afirmasi dari Fitch, R&I dan JCR.
S&P memberikan upgrade atas penilaian kondisi ekonomi Indonesia menjadi BBB Stable. Posisi Fitch Rating Indonesia masih BBB. R&I menilai kondisi ekonomi Indonesia dalam posisi BBB+, dan memiliki stable outlook. Sementara itu, JCR memberikan BBB+, outlook stable.
Jika dibandingkan dengan negara-negara lain dunia, Menkeu menunjukkan data rating action bahwa selama pandemi hanya ada 30 negara yang mendapatkan rating upgrade.
Sementara itu, ada 161 negara yang rating-nya menurun. Indonesia merupakan salah satu dari 30 negara yang mendapatkan rating upgrade.
“Ini lagi-lagi adalah sesuatu yang menggambarkan bahwa pengelolaan APBN kita walaupun kerjanya luar biasa keras dengan menjadi shock absorber, melakukan counter cyclical, melindungi rakyat dan memulihkan ekonomi, namun APBN kita tetap dijaga hati-hati, prudent, dan tetap memiliki tingkat kesehatan yang bisa dikonfirmasi oleh rating agency internasional,” tutup Menkeu.***