JAKARTA, Stabilitas.id — Hari ini Majalah Stabilitas-LPPI kembali menggelar virtual seminar (virsem) seri ke-24 dengan tema Mengelola Reputasi Perusahaan di Tengah Pandemi: Perspektif Kehumasan.
Virsem kali ini menghadirkan pembicara Febriati Nadira, Corporate Communication PT Adaro Energy Tbk; Agung Laksamana, Ketua Umum Perhimpunan Hubungan Masyarakat (Perhumas); Rully Setiawan, Corporate Secretary PT Bank Mandiri Tbk; Aestika Oryza Gunarto, Corporate Secretary PT Bank BRI Tbk.
Wabah pandemi virus corona (Covid-19) yang tak seorang pun tahu kapan akan berakhir, memang telah menciptakan pola kehidupan yang baru (new normal). Kondisi ini mendorong peran Public Relation (PR) atau Humas perusahaan untuk ikut beradaptasi dan menyesuaikan strategi dengan kondisi pandemi atau malah sesudah pandemi ini berlalu.
BERITA TERKAIT
Ketua Umum BPP Perhumas Agung Laksamana menjelaskan, virus Covid-19 sebagai sesuatu yang tidak bisa dikontrol, dalam kondisi ini PR harus fokus terhadap sesuatu yang dapat dikontrol.
Menurutnya, PR adalah tentang hubungan (relationship). Tugas pratiksi PR/Humas di perusahaan tidak hanya menyebar pesan di media mainstream atau media sosial, tapi yang lebih penting adalah bagaimana pesan tersebut bisa sampai di masyarakat. Selanjutnya, masyarakat bisa mengapreasi pesan tersebut, sehingga terjalin relationship antara perusahaan dengan masyarakat, paparnya.
Dari kacamata PR untuk sebuah brand, masyarakat atau konsumen bahkan ingin mendengarkan CEO daripada brand tersebut berbicara di tengah pandemi saat ini. Selain itu tentunya PR harus tetap eksis, meneruskan investasi media relations dan digital tampaknya akan menjaga visibilitas brand agar tetap diketahui masyarakat.
Dia mencontohkan pengunaan story telling dalam komunikasi perusahaan kepada khalayaknya. Menerapkan komunikasi dengan cara bercerita karena PR tidak melakukan hard selling. Semisal aktivitas perusahaan yang dikemas kreatif, humanis, sehingga membuat masyarakat tambah simpati dan makin kenal dengan brand perusahaan tersebut.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rully Setiawan juga sepakat bahwa PR harus membangun komunikasi yang baik antara perusahaan dengan pemangku kepentingan (stakeholder) yang pada gilirannya akan mendatangkan kontribusi kinerja bisnis perusahaan.
Tugas kita sebagai praktisi PR adalah membangun komunikasi yang baik antara perusahaan dengan pemangku kepentingan. Selain itu, lobbying negotation juga sangat penting. Meski PR berlaku di semua bisnis, tapi di bisnis bank seperti Bank Mandiri ini lebih penting lagi. PR ini bisnis silaturahmi, termasuk silaturahmi dengan media yang tetap kita jaga meski masa pandemi, kata Rully.
Sedangkan menurut Febriati Nadira, Head of Corporate Communication Adaro Energy, di masa pandemi ini justru menjadi momen milestone penting bagi perusahaan. Perusahaan, lanjut dia, merupakan bagian dari negara, yang punya peran dan tanggung kawab bersama pemerintah untuk melindungi dan membantu stakeholder mencegah meluasnya pandemi. Bukan sekedar mencari keuntungan atau profit perusahaan.
Tanggung jawab itu mulai dari karyawan sendiri, masyarakat sekitar beroperasinya perusahaan, para supllier, konsumen, sampai pemerintah dalam mengedepankan protokol kesehatan namun perusahaan tetap beroperasi.
Pemerintah tak bisa menanggulangi sendiri pandemi ini, dibutuhkan juga peran perusahaan, termasuk kami sebagai perusahaan swasta. Peran dan tanggung jawab kita juga menentukan reputasi kita di masa pandemi ini karena kita tidak tahu kapan pandemi ini berakhir. Kita harus bisa mengatur napas, papar perempuan yang akrab disapa Ira ini.
Hal serupa juga dikatakan Aestika Oryza Gunarto, Corporate Secretary Bank BRI. Menurutnya, di amsa pendemi ini BRI juga membangun narasi yang rasional, kuat dan empati.
Sejak pandemi mulai terasa, BRI mulai membangun narasi yang kuat dulu. Di satu sisi kita bangun narasi yang mengutamakan keselamatan karyawan, bekerja dengan dengan protokol kesehatan dan nasabah. Untuk nasabah, melakukan penyelamatan pelaku UMKM sebagai kostumer terbesar BRI.
Di sisi lain, BRI berkontribusi dalam penyelamatan ekonomi nasional, dengan mendukung program PEN, seperti restrukturisasi kredit, penyaluran kredit PEN, penyaluran subsidi bungan dan Banpres, papar Aestika.