JAKARTA, Stabiltas.id – Di tengah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang perlahan mulai pulih dan bangkit, pertumbuhan keuangan syariah juga menunjukkan pencapaian hasil yang terus membaik.
Data toritas Jasa Keuangan (OJK) per Desember 2022 mencatat, total aset keuangan syariah Indonesia (tidak termasuk saham syariah) mencapai Rp 2.375 triliun dengan pangsa pasar 10,69%. Rinciannya, pangsa pasar aset perbankan syariah 7,09%, industri keuangan non bank (IKNB) syariah 4,73%, dan pasar modal 18,27%.
“Memang kalau dari angka ini, yang paling besar dari pasar modal karena di situ yang paling besar sukuk negara. Namun demikian, untuk perbankan trennya juga semakin baik,” ungkap Advisor OJK Ahmad Buchori dalam acara Sharia Economic & Financial Outlook (ShEFO) 2023, di Jakarta, Senin (6/2/2023).
Khusus untuk kinerja perbankan syariah, meskipun pangsa pasarnya baru 7,09%, tetapi pertumbuhan asetnya, pembiayaan dan juga dana pihak ketiga (DPK) sudah lebih tinggi dibandingkan bank konvensional.
“Pertumbuhan aset perbankan syariah 16,63%, pembiayaan tumbuh 20,44%, dan DPK 12,93%. Ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan aset, kredit dan DPK perbankan syariah yang tumbuh 9,42%, 10,6% dan 8,58% per Desember 2022,” ungkap Buchori.
Untuk IKNB syariah, pertumbuhannya memang belum signifikan dari sebelumnya 4,71% di 2021 menjadi 4,73% di 2022. Buchori mengatakan, masih banyak aspek yang perlu disempurnakan dari IKNB syariah agar pangsa pasarnya bisa meningkat lebih besar.
Buchori juga menambahkan, pengembangan keuangan syariah di Indonesia saat ini masih menghadapi sejumlah masalah. Salah satunya belum banyak memiliki diferensiasi produk dibandingkan keuangan konvensional, dan juga tingkat literasi yang masih. Padahal Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia.
“Kuantitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) juga masih harus terus diperbaiki untuk mengembangkan keuangan syariah, serta optimalisasi penggunaan IT,” tutup Buchori.***
Reporter : Muhammad Rifai