Teknologi akan semakin banyak membuat orang-orang kian melek asuransi, karena teknologi-teknologi baru ini sangat mendukung industri asuransi tentunya, dan industri asuransi juga terus bergerak di bidang finansial.
Oleh Romualdus San Udika
Lulus sebagai Sarjana Teknik Industri dari Universitas Trisakti Jakarta dan Master of Enginnering Science dari Universitas New South Wales, Sydney, tak membuat seorang Miliana Marten tergoda menggeluti pekerjaan sebagai insinyur di awal kariernya. Perempuan kelahiran Jakarta ini malah memilih berkarya sebagai dosen penuh waktu di Jurusan Teknik Industri Universitas Pelita.
Setelah delapan tahun mengabdi, dia mulai menjajaki untuk terjun di industri asuransi. Akhirnya pada 2004, dia memutuskan untuk bergabung sebagai penasihat keuangan di PT Prudential Life Assurance, salah satu perusahaan asuransi ternama.
BERITA TERKAIT
Di industri ini, Miliana tidak ingin sebagai selingan saja, karenanya dia menuntaskan pelatihan Certified Financial Planner (CFP®). Itu merupakan sertifikasi perencana keuangan professional yang diakui secara internasional dan paling terkenal di dunia. Gelar , CFP® diberikan oleh Financial Planning Standards Board Indonesia di bawah lisensi dari FPSB yang berbasis di Denver, Amerika Serikat.
Cukup lama Miliana membangun karier di industri asuransi hingga 16 tahun kemudian, dia berhasil memenuhi syarat dan menjadi anggota MDRT (Million Dollar Round Table), sebuah wadah asosiasi profesi keuangan profesional yang berbasis di Amerika Serikat. Keanggotaan MDRT mensyaratkan pengetahuan profesional yang luar biasa, perilaku etis yang ketat dan layanan klien yang luar biasa.
Keanggotaan MDRT diakui secara internasional sebagai standar keunggulan dalam bisnis asuransi jiwa dan jasa keuangan. Salah satu syarat untuk menjadi anggota MDRT, seorang agen asuransi harus memenuhi target produksi premi sebesar Rp453 juta. Nilai ini merupakan akumulasi premi pertama dalam satu tahun. Nah, seorang Miliana telah mencapai 12 kali pencapaian MDRT berturut-turut dengan 4 Kualifikasi Court of the Table dan 1 Kualifikasi Top of the Table. Tak heran jika sejak 2019 dia dipercaya menjadi Country Chair MDRT Indonesia hingga saat ini.
Nah, dengan latar belakang sebagai dosen universitas, perempuan 45 tahun itu memiliki hasrat besar untuk berbagi pengetahuan dan keterampilannya kepada industri asuransi. Selain aktif sebagai Country Chair MDRT Indonesia yang tentunya menjadi mentor MDRT, dia juga aktif menjadi pembicara Radio TSFY, dan juga pembicara nasional dan internasional di industri asuransi jiwa (Singapura, Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, China, Australia, India dan Canada).
Di sela-sela kesibukannya tak lupa perempuan yang lahir pada 2 September 1975 juga menulis buku. Terbaru dia merilis buku berjudul “Burning Flame of a Champion”. Ini merupakan buku yang dapat dijadikan sebagai panduan langkah demi langkah serta inspirasi untuk menjadi agen asuransi kelas dunia dengan standar pencapaian international yakni MDRT (Million Dollar Round Table).
Memang, aktivitas mentoring dan menulis bukan hal baru dalam kehidupannya. Sebagai dosen di Universitas Pelita Harapan selama 8 tahun, tentu kegiatan itu bukanlah sesuatu yang sulit dan asing bagi dia. Bahkan dia juga adalah CEO dan Pendiri Miliana & David Academy, lembaga yang didirikannya bersama suaminya, David Marten, yang juga adalah Agency Director di Prudential.
Aktif di media sosial, Miliana terbukti mampu memanfaatkan platform digital untuk menyebarkan pesan-pesannya baik kepada penasihat asuransi maupun untuk meningkatkan penjualannya selama pandemi. Dia bercerita, pandemi Covid-19 tidak menyurutkan semangat agen asuransi mencapai level elit.
Hingga Juli 2020 lalu, jumlah anggota MDRT (Million Dollar Round Table) Indonesia sebanyak 2.745 orang. Nilai itu meningkat 12 persen dibandingkan dengan tahun 2019 yang berjumlah 2.459 orang. Dan itu menjadikan Indonesia masuk dalam urutan ke 8 top member seluruh dunia. Dia berharap, tahun 2021 ini anggota MDRT Indonesia dapat mencapai lebih dari 3.500 member.
Ia yakin target itu bisa dicapai seiring dengan dengan keputusan Otoritas Jasa Keuangan membolehkan penjualan dan proses persetujuan secara digital. Juga tanpa harus tanda tangan basah. Tentu ini mempercepat proses akuisisi nasabah asuransi.
“Meski ada pandemi, beberapa perusahaan mencatat ada peningkatan jumlah agen yang mencapai level MDRT sama dengan tahun lalu. Artinya, agen tidak menghadapi kesulitan mengakuisisi nasabah baru, karena tetap bisa menjual secara digital di masa pandemi. Ini yang membuat kinerja sektor asuransi cepat pulih,” papar ibu dari dua anak yang sudah beranjak remaja ini.
Era digitalisasi adalah masa yang menantang bagi para agen dalam menjual produk asuransi. Saat pandemi, semua agen yang tidak familiar dengan produk layanan digital, dipaksa untuk belajar dan memanfaatkan teknologi dalam menjual produk asuransi. Apalagi dengan munculnya fintech dan digitalisasi di sektor asuransi jiwa justru mendukung perkembangan asuransi jiwa karena memudahkan dalam bertransaksi, edukasi dan sosialisasi.
“Teknologi akan semakin banyak membuat orang-orang semakin melek asuransi, karena teknologi-teknologi baru ini sangat mendukung industri asuransi tentunya, dan industri asuransi juga bergerak di bidang finansial,” tutup perempuan yang memiliki hobbi membaca dan bernyanyi ini.***