Di era perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat, ditambah dengan perkembangan teknologi yang pesat, serta datangnya rezim suku bunga rendah (single digit); bank kini menghadapi tantangan yang semakin rumit.
Bagaimana manajemen bank merespons berbagai tantangan baru itu, menjadi kunci sukses selanjutnya. Langkah strategis apa saja yang diperlukan untuk mengantisipasi dan menjawab tuntutan para pemangku kepentingan, terutama nasabah dan regulatornya (yaitu Otoritas Jasa Keuangan dan Bank Indonesia). Dengan langkah strategis yang tepat, diharapkan bank akan mampu mempertahankan dominansinya, tanpa khawatir digerogoti oleh virus risiko dan kerugian yang terjadi.
Lima Langkah Strategis
Setidaknya terdapat lima langkah strategis yang patut menjadi prioritas bank. Yang pertama adalah menggali berbagai model kolaborasi bisnis dengan para mitra kerja yang strategis, yakni lembaga keuangan (misalnya pegadaian, modal ventura, multifinance, asuransi) dan pelaku teknologi keuangan (Financial Technology). Kolaborasi bertujuan untuk menangkap peluang penciptaan dan pengembangan nilai tambah perusahaan, baik secara bisnis maupun kualitas manajemen. Kolaborasi diwujudkan oleh tim kerja bankir dan mitra yang mengerahkan kompetensi dan beragam talenta yang siap melahirkan terobosan out of the box.
BERITA TERKAIT
Yang kedua adalah menggali dan memanfaatkan data-base nasabah, serta business intelligent yang mampu memperluas dan memperdalam hubungan bisnis antara nasabah dengan bank, mengadopsi total customer relationship concept. Dengan cara ini, bank bisa lebih fokus pada program prioritas tepat sasaran, yang menghasilkan nasabah berkualitas dengan loyalitas tinggi, hubungan jangka panjang yang saling menguntungkan, produktif dan bernilai tambah. Kemitraan yang berorientasi jangka panjang tidak putus hanya karena salah satu pihak mengalami kesulitan.
Yang ketiga adalah meningkatkan perolehan fee-based income. Dengan berlakunya rezim suku bunga rendah, industri perbankan didorong beradaptasi dengan suku bunga rendah, baik sisi aset maupun liabilities. Bila bank tidak melakukan langkah baru, tentulah pendapatan bunga bakal menurun, margin bank menipis.
Peningkatan pendapatan non-bunga dan peningkatan efisiensi biaya menjadi suatu keniscayaan. Untuk itu dibutuhkan kreativitas dan inovasi pengembangan produk yang tiada henti, guna menggali sumber fee-based income, baik yang diperoleh dari transaksi yang terkait dengan kredit (seperti trade financing) maupun yang di luar kredit (seperti cash management dan digital banking transactions).
Yang keempat adalah penguatan praktik manajemen risiko yang baik. hal itu berarti mencakup menjamin keamanan dari serangan peretas, memperbaiki enterprise risk management (ERM), dan menyajikan dan mengolah data serta informasi yang lebih relevan, sehingga proses putusan strategis di bank melalui sistem pelaporan yang lengkap, akurat dan tepat waktu dapat diperoleh. Selain itu bank juga harus memastikan adanya technology risk governance yang menjaga standar etika dan tata kelola sistem yang baik, melalui pengendalian risiko teknologi dan operasional bank. Tak lupa juga membuat modelling penghitungan economic capital charge yang semakin mewakili gambaran profil risiko bank, dan memperkuat budaya risiko di setiap lini pertahanan bank.
Yang kelima: adalah mencegah keusangan segala sesuatu yang dilakukan bank, termasuk model bisnis yang bakal ketinggalan jaman dengan productive disruption. Terobosan penyela yang produktif ini menghasilkan model bisnis baru yang melahirkan inovasi produktif yang berbeda dengan model bisnis lama yang telah bertahun-tahun dilakukan bank. Dengan pendekatan ini bank berharap bisa menambah pangsa pasar yang baru, menurunkan biaya secara signifikan, sehingga harga produk dan layanan yang ditawarkan menjadi jauh lebih berkualitas. Terobosan ini menghindari bank mencapai dan menikmati zona nyaman yang menghambat ide dan kreativitas, serta mengikis paradigma lama: business as usual.
Catatan
Bank masa depan nampaknya bakal memanjakan nasabah habis-habisan dengan berbagai terobosan. Bank yang tidak mampu menuju target itu lambat atau cepat tentu bakal ditinggalkan oleh nasabahnya. Dengan lima langkah strategis tersebut bank akan mampu menjaga kestabilan kinerjanya, dalam era perubahan yang dahsyat ini. Bank tidak akan mengalami kejutan yang berarti atas perolehan pendapatan, laba, dividen akibat dari lonjakan risiko yang berfluktuasi.
Dengan penanganan manajemen risiko yang konsisten, akan menjadikan profesi manajemen risiko di bank yang semula sekedar menjaga kepatuhan pada ketentuan dan peraturan, bergeser menjadi penasehat bisnis yang terpercaya. Selanjutnya, bila bank telah memiliki budaya risiko yang melekat, maka deteksi risiko secara dini, penilaian risiko, dan mitigasi risiko menjadi bagian pekerjaan sehari-hari yang melekat pada setiap pekerjanya.
Analisis risiko, metode dan keterampilan mengendalikan risiko dilakukan secara tepat dan cerdas, yang pada akhirnya menjadi keunggulan bersaing bank, yang membedakan dari para pesaingnya, serta menjadi kunci sukses bank yang memilikinya. Akhirnya manajemen puncak tinggal memantapkan konsistensi pentingnya manajemen risiko dengan tone from the top konsisten dengan visi misinya. Dipadu dengan stimulus pada iklim inovasi, investasi produktif, kreativitas, serta kemitraan aliansi dengan para pemangku kepentingan secara jangka panjang, maka bank masa depan sudah semakin nyata.