JAKARTA, Stabilitas.id – Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, menerima kunjungan dari mahasiswa Harvard University yang sedang melaksanakan Southeast Asia Trek 2024.
Pertemuan tersebut dilakukan di Gedung Djuanda Kompleks Kementerian Keuangan, Jakarta, pada Kamis (19/12/24).
Kurang lebih 50 mahasiswa-mahasiswi Harvard yang berasal dari 7 sekolah, antara lain Harvard Kennedy School, Harvard Business School, dan 5 sekolah lainnya, serta berasal dari berbagai negara ini berkunjung dan menimba ilmu secara langsung ke para thought leaders dan policy makers di kawasan Asia Tenggara.
Pada kesempatan tersebut, Menteri Keuangan menceritakan sejarah penyusunan kebijakan-kebijakan fiskal dari awal berdirinya Indonesia hingga kini. Termasuk, bagaimana Indonesia menavigasi beragam krisis yang menerpa, mulai krisis keuangan hingga COVID-19 yang masih segar di ingatan kita.
“Saya sampaikan, salah satu penyebab utama Indonesia bisa terus bertumbuh di tengah segala turbulensi serta dinamika geopolitik global adalah karena kita begitu patuh terhadap disiplin fiskal. Disiplin ini yang akan menjadi pondasi utama bangsa kita dalam upayanya mencapai status high-income economy di masa depan,” tulis Menteri Keuangan dalam laman Instagram @smindrawati.
Menkeu mengungkapkan, pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh para mahasiswa begitu apik dan tajam. Mulai dari upaya-upaya industrialisasi Indonesia, debt ceiling dan relevansinya dengan dinamika masa mendatang, hingga apa saja tantangan yang dihadapi sosok Sri Mulyani pada saat awal mengemban amanah sebagai seorang Menteri Keuangan maupun tantangan pada masa kini. Diskusi itu pun berlangsung begitu produktif.
“Saya juga meminta mereka menuliskan dua kalimat yang paling menggambarkan kekhawatiran yang mengisi kepala mereka. Jawabannya? Sangat variatif. Social media, climate change, public health, hingga perbedaan antara Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) dan Asian Development Bank (ADB). Menarik,” lanjutnya.
Kepada para mahasiswa Harvard, Menkeu Sri Mulyani berpesan agar semuanya berusaha untuk bisa memiliki kompetensi yang baik, komunikasi politik yang baik, juga keberuntungan yang tidak kalah baik, khususnya jika kelak mengemban peran sebagai perumus kebijakan.
“Good luck on your study, folks!” sahutnya memberi semangat.***