Garuda kini tak lagi berkuasa di langit Nusantara karena kalah bersaing dengan Lion Air dan Air Asia. Agar tak terus tergerus, maskapai ini menetapkan beberapa strategi. Mulai dari menambah rute regional baru hingga spin off Citilink.
Oleh: Lila Intana
BERITA TERKAIT
Umumnya, orang Indonesia yang sering menggunakan jasa angkutan udara menganggap maskapai Garuda memberikan pelayanan lebih baik dibanding perusahaan lain yang beroperasi di Tanah Air. Namun jika mereka ditanya maskapai apa yang menjual tiket lebih mahal, jawabannya juga Garuda.
Entah ada kaitan dengan harga tiket yang mahal atau tidak, faktanya penumpang lebih memilih untuk menggunakan maskapai lainnya meskipun Garuda memberikan pelayanan lebih baik. Untuk jumlah penumpang pada penerbangan domestik, Garuda yang bernama lengkap PT Garuda Indonesia kalah jauh dibandingkan dengan Lion Air, maskapai milik PT Lion Mentari Airlines.
Jumlah penumpang untuk penerbangan di wilayah Tanah Air, Garuda hanya mengangkut 9,9 juta penumpang pada 2010 dan 9,95 juta penumpang pada 2011. Angka itu jauh di bawah Lion yang mengangkut 20,52 juta penumpang pada 2010 dan mengangkut 25,8 juta penumpang sepanjang 2011.
Padahal Garuda memiliki anak usaha Citilink yang memang dibentuk untuk berhadapan dengan pesaing Garuda yang menawarkan penerbangan berbiaya murah (low cost carrier) seperti Lion Air. Tapi apa mau dikata, alih-alih bisa menyedot penumpang lebih banyak dan menguasai penerbangan berbiaya murah di Indonesia, Citilink masih kalah dengan pesaingnya.
Citilink hanya sanggup mengangkut 1,2 juta penumpang pada 2010 dan 1,26 juta penumpang domestik sepanjang tahun lalu. Bahkan jika angka itu dijumlahkan dengan angka penumpang Garuda, totalnya masih belum mencapai separo jumlah penumpang Lion Air,
Pada rute internasional, maskapai yang didirikan 26 Januari 1949 dengan modal satu pesawat yang dibeli dari sumbangan rakyat Aceh seharga 120 ribu dollar malaya (setara 20 kg emas) pun belum bisa berbicara banyak. Posisi maskapai yang terlahir dengan nama Garuda Indonesia Airways yang sempat memonopoli penerbangan di negeri ini tergeser oleh Air Asia. Perusahaan milik negeri Jiran itu tercatat menerbangkan penumpang 3,92 juta orang pada 2010 dan 4,5 juta pada 2011 dan merupakan maskapai yang mengangkut penumpang terbanyak. Sedangkan Garuda hanya mencatat 2,4 juta penumpang internasional pada 2010 dan 2,66 juta pada 2011.
Lalu bagaimana kepak sayap Garuda pada tahun ini? Dalam persaingan bisnis layanan udara yang makin ketat tentu dibutuhkan terobosan strategi agar Garuda bisa kembali berjaya di langit Nusantara. Apalagi jika pasar bebas ASEAN benar-benar sudah diterapkan, tentu situasi tidak bertambah mudah bagi maskapai nasional yang tengah merayakan usia 63 tahun in. Seperti diketahui, awal tahun lalu saja sudah bertambah dua maskapai penerbangan baru yakni PT Pacific Royale Airways Indonesia dan PT Space Aviation Service anak usaha Lion Air yang memberikan layanan full service dan jet carter.
Menurut Direktur Keuangan Garuda, Elisa Lumbantoruan, pihaknya tentu tidak tinggal diam melihat penumpang yang nota bene masyarakat Indonesia lebih memilih maskapai asing dari pada Garuda. Untuk itu maskapai yang sudah mencatatkan sahamnya di pasar modal tahun lalu itu menyiapkan sederet strategi bisnis mulai dari membeli armada baru hingga rencana penambahan destinasi regional yang akan dibuka pada 2012. “Kami akan melakukan penambahan tiga destinasi, yaitu satu ke Taipei dan dua ke India,” ujar Elisa.
Garuda juga akan membeli armada baru yang akan menambah jajaran pesawatnya yang pada 2011 berjumlah 87 unit. Tahun ini akan didatangkan pesawat baru sebanyak 21 unit yang mana 11 unit di antaranya digunakan oleh Garuda dan sisanya untuk unit usaha, Citilink. “Untuk Citilink, komposisi pesawat semuanya Airbus, sedangkan untuk Garuda akan ada dua unit Airbus 330 dan sisanya Boeing,” terang Elisa.
Dalam tiga tahun mendatang, manajemen berencana akan menambah lagi jumlah pesawatnya sebanyak 16 unit. Pada 2013, rencananya akan datang lima pesawat baru yang terdiri dari tiga unit Boeing 777-300ER dan dua Airbus A330-200. Dilanjutkan pada 2014 sebanyak enam unit terdiri dari tiga Boeing 777-300ER dan tiga Airbus A330-200, dan di 2015 sebanyak lima unit terdiri dari dua Boeing 737-800NG dan tiga Boeing 777-300ER.
Ke depannya, Garuda juga berencana memperpadat frekuensi penerbangan. Contohnya rute Jakarta-Shanghai yang saat ini baru lima kali sepekan akan dibuat menjadi harian. “Masih ada beberapa rute lainnya yang akan kita buat jadi penerbangan harian, kemudian ada penambahan frekuensi di rute-rute yang sudah ada, di, mana sekali sehari menjadi dua kali sehari,” tambah Elisa.
Sementara Elisa melaporkan hingga kuartal III tahun 2011, emiten Bursa Efek Indonesia berkode saham GIAA ini berhasil membukukan laba bersih Rp308,61 miliar atau tumbuh 57,81 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp195,55 miliar.
Pertumbuhan laba bersih tersebut dipacu oleh meningkatnya pendapatan usaha perseroan sebesar 42,8 persen menjadi Rp18,11 triliun pada kuartal ketiga 2011, dibandingkan dengan periode yang sama 2010 senilai Rp12,68 triliun.
Spin-off Citilink
Selain menambah armada, membuka destinasi baru dan memperpadat frekuensi penerbangan, demi memenangkan persaingan, Garuda juga akan lebih fokus mengembangkan Citilink. Mulai 2012, unit bisnis strategis tersebut akan disapih menjadi perusahaan yang berdiri sendiri sehingga leluasa untuk berkompetisi.
Pemisahan usaha (spin-off) ditargetkan akan tuntas paling lambat Maret 2012. “Spin off ditargetkan selesai pada kuartal pertama tahun depan, sekarang masih proses,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar.
Nama perusahaannya sudah berdiri yakni PT Citilink Indonesia. Kantor Citilink nantinya juga akan dipisah dari kantor pusat Garuda di bilangan Kemayoran dan akan dipindah ke daerah Slipi, Jakarta Barat.
Pada awal terbang pasca spin-off, Emirsyah menargetkan mengoperasikan 10 pesawat dengan tampilan baru atau new livery. “Hingga akhir tahun ini (2011), akan ada 10 unit pesawat untuk Citilink yang terdiri atas 4 Airbus dan 6 Boeing, sedangkan pada akhir 2012 akan berjumlah 20 unit. Selanjutnya akan bertambah karena kami sudah pesan 25 unit lainnya,” tutur Emirsyah.
Untuk mendirikan PT Citilink Indonesia ini Garuda Indonesia menyiapkan dana Rp100 miliar. Setelah pembentukan Citilink Indonesia selesai akan segera digelar RUPS untuk menetapkan jajaran direksi.
Sementara itu, Con Korfiatis, Vice President Citilink mengatakan pasar low cost carrier di Indonesia berkembang sangat pesat dengan pertumbuhan sekitar 5 persen hingga 6 persen per tahun.
Oleh karena itu diharapkan Citilink bisa meningkatkan jumlah penumpang. Tahun ini maskapai itu ditargetkan mengangkut jumlah penumpang sebanyak 4 juta orang. “Kami juga akan membuka 4-5 rute domestik, namun masih dalam tahap evaluasi kota-kota mana saja yang akan dilayani sebagai rute baru,” jelas Korfiatis.
Selain bermain di lokal, Citilink ke depannya juga akan merambah rute internasional. “Rencananya penerbangan perdana internasional kami terjadi pada akhir 2012 atau paling lambat di awal 2013,” jelas Korfiatis.
Agar mampu memenangkan persaingan di kelas maskapai berbiaya murah, Con Korfiatis berjanji akan memberikan layanan yang terbaik kepada penumpang. Salah satunya dengan terus meningkatkan on time perfomance. Selain itu yang seperti layaknya maskapai low cost carrier lainnya, Citilink juga rutin memberikan harga promo yang menarik kepada penumpang.
Citilink baru-baru ini melakukan perubahan brand image dengan memilih warna hijau untuk merk dagangnya. “Ada dua alasan kenapa kami memilih warna hijau. Pertama warna hijau belum digunakan oleh maskapai lain di Indonesia. Kedua warna hijau terlihat lebih energik dan segar.” SP