Mario Arvianto, Junior Network Infrastructure Engineer LPPI
Sudah bukan merupakan hal asing lagi istilah “Password” atau kata sandi dalam kehidupan kita. Disadari atau tidak, mulai saat kita terbangun dipagi hari untuk membuka perangkat digital pribadi kitapun sudah menggunakan kata sandi baik itu berupa PIN (Personal Identification Number), Face Recognition maupun Pattern Lock.
Pada titik ini kita sebagai konsumen sudah mulai dimudahkan dengan biometric access atau indentifikasi ciri biologis yang mudah secara utilisasi dan mendukung konsep two-factor authentication.
Namun perlu digarisbawahi pula, kita masih belum bisa menghindar dari penggunaan kata sandi berupa kombinasi karakter dan angka serta PIN yang berupa angka.
Dalam lingkup kecil penggunaan perangkat digital pribadi di kegiatan sehari-hari pun, setiap orang kerap keluar masuk akun digitalnya. Setiap orang sejatinya memiliki lebih dari satu akun yang digunakan pada berbagai perangkat dan aplikasi yang berbeda-beda.
Terlihat sangat biasa dan sepele memang, namun berhati-hatilah dalam membuat kata sandi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sebut saja, bocornya data diri dan digunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan kejahatan secara daring.
Kepemilikan kata sandi ini memiliki masa retensinya masing-masing. Umumnya, karena kata sandi merupakan hal yang harus mudah diingat, rata-rata pemilik akun menggunakan tanggal lahir mereka.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mastercard, jawaban paling banyak untuk bentuk kata sandi adalah tanggal lahir, kemudian diikuti oleh nama peliharaan dan nama keluarga.
Kata sandi yang aman terdiri dari 8 hingga 16 karakter. Termasuk didalamnya merupakan kombinasi antara huruf besar dan huruf kecil (case sensitive), angka serta karakter lain agar kata sandi menjadi semakin unik.
Bagi anda penikmat media sosial, bahkan kebiasaan mengubah kata sandi secara rutin dapat mengurangi risiko terjadinya peretasan akun. Selain itu sebisa mungkin hindari menggunakan kata sandi yang sama pada beberapa akun.
Lebih jauh, perubahan kata sandi secara rutin juga dapat membatasi akses logger keystroke, fitur ini merupakan teknologi intip dan rekam penekanan tombol yang dapat mengetahui tombol-tombol mana yang ditekan dalam mengetik kata sandi.
Satu hal menarik yang masih diperdebatkan oleh banyak orang adalah penggunaan Pengelola Kata Sandi atau “Password Manager”. Dalam hal ini kita bahas salah satu fitur bawaan (baca:cuma-cuma) dari browser atau peramban web seperti Google Chrome yang bisa digunakan setelah kita melakukan sinkronisasi Google Chrome dengan akun Google.
Sisi positifnya, selain mengingat kata sandi, dengan fungsi pintarnya dan jika diizinkan, Password Manager ini akan menyimpan setiap akun dan kata sandi yang digunakan penggunanya dalam beraktivitas dalam peramban webnya.
Selain itu, jika sudah tersimpan, saat tampil halaman input akun dan kata sandi, Password Manager ini akan menawarkan penggunanya untuk menggunakan akun dan kata sandi yang sudah tersimpan sebelumnya. Pengguna tinggal memilih akun dan kata sandi mana yang akan digunakan tanpa harus repot-repot mengingat kombinasi kata sandi.
Sedangkan sisi negatif dari Password Manager adalah jika akun Google sebagai akun master yang digunakan alih-alih diretas oleh hacker, semua daftar akun dan kata sandi dari berbagai aplikasi akan dengan mudah diketahui oleh hacker tersebut.
Keputusan kembali ke para pembaca, bijaklah dalam berselancar di dunia maya serta mengubah kata sandi secara rutin untuk mengurangi risiko terjadinya peretasan akun.
Happy online.***