BERITA TERKAIT
“Mamma Mia! Semoga bukan orang Italia ini (yang terpilih)!” begitu headline tabloid terbesar Jerman Bild edisi Februari 2011 ketika diumumkan akan ada orang Italia yang mengambil alih kepemimpinan Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) di tengah badai krisis utang yang melanda kawasan itu. “For Italians, inflation is a way of life, like tomato sauce with spagheti,” sindir Bild lagi. Orang Italia yang dimaksud adalah Mario Draghi.
Pada tahun 2011, media Jerman sempat melancarkan kampanye anti- Draghi di tengah proses pemilihan Gubernur ECB. Eskalasi persaingan mencapai puncaknya saat calon potensial lainnya, yaitu Axel Weber, tersingkir dari kontestasi. Tablodi Bild makin memojokkan Draghi dengan mengatakan, laju inflasi Italia yang tidak terkendali mencerminkan buruknya manajemen moneter negara itu, sebuah alasan yang relevan bagi ECB untuk tidak memilih calon pemimpin dari negara yang sama.
Seiring waktu berjalan, sikap antipati media Jerman terhadap Mario Draghi makin memudar setelah pria kelahiran Roma, 3 September 1947 ini mampu memenangkan hati media Eropa dan Kanselir Jerman Angela Merkel dalam setiap kebijakan yang diambilnya. Meski begitu, bukan berarti rasa tidak percaya pelaku pasar dan pers hilang begitu saja.
Saat Draghi berbaik hati memberi ruang bagi negara dengan utang segudang, kritikus menganggapnya ‘terlalu lunak’ dalam memberlakukan anggota-anggota Euro yang ‘nakal’. Media bahkan beberapa kali menyerukan supaya ECB bereaksi keras dalam upayanya membantu memulihkan ekonomi Eropa.
Dalam pidatonya di London pada 26 Juli 2012, pria yang dijuluki “Super Mario” ini mengucap dua kalimat pendek yang tidak hanya mengubah tatanan krisis utang Eropa, tapi juga posisi ECB yang dulunya enggan bertindak menjadi pelindung Euro. “Sesuai mandat, ECB siap melakukan apapun yang diperlukan untuk menjaga Euro. Dan percayalah, itu sudah cukup,” kata Draghi.
Kalimat itu memang sempat menenangkan gejolak pasar finansial yang sedang karut marut pada 2012 silam. Pernyataan pendek itu juga berhasil menurunkan imbal hasil obligasi pemerintah, memperkuat kurs Euro dan mengurangi tekanan pada surat utang Spanyol, negara yang sedang dilanda risiko gagal bayar.
Publik Eropa terlanjur menganggap sikap positif Draghi sebagai komentar ‘legendaris’ yang patut diingat dalam sejarah Euro. Namun, ada pula yang menilainya biasa saja karena memang itulah yang harus dilakukan seorang pemimpin otoritas tinggi kawasan.
Beberapa analis memperkirakan keputusan Draghi memberi ruang kepada pemerintah negara-negara bermasalah adalah sebuah bom waktu. ECB dinilai terlalu lunak karena mempersilakan negara-negara itu mengabaikan program bailout yang sudah ditetapkan sebelumnya.
Untuk menjawab skeptisme pelaku pasar, ‘Super Mario’ sesungguhnya punya amunisi simpanan yang bisa dipakai yakni skema ‘Outright Monetary Transactions’ (OMT). Sayangnya, pembuktian lebih lanjut urung terlaksana karena OMT belum sama sekali diuji kepada mereka yang membutuhkan. Terlebih lagi, praktiknya rentan terganjal oleh putusan Mahkamah Konstitusi Jerman, yang saat ini sedang mempelajari apakah program itu legal untuk diluncurkan.
Namun, bagi investor di pasar finansial, cara untuk menilai kinerja mantan Gubernur Bank Italia dalam tiga tahun kepemimpinannya tidak terlalu rumit. Efektifitas kebijakan ECB bisa dinilai dari indikator perbaikan ekonomi zona Euro sejak suksesi kepemimpinan diemban oleh ‘Super Mario’. Usaha kecil dan menengah masih sulit untuk mengakses dana segar, angka pengangguran masih menembus level 12,2 persen dan 19,3 juta orang masih memerlukan mata pencaharian. Bukan statistik yang baik bagi curriculum vitae Senor Draghi.
Profesor Ekonomi & Keuangan
Lahir dari keluarga kelas menengah di Roma, Draghi sebenarnya memiliki ‘silsilah’ di Bank of Italy, di mana ayahnya juga pernah bekerja di sana. Ibunya sendiri seorang ahli kimia. Tapi kedua orang tuanya meninggal saat Draghi remaja yang memaksanya kemudian diasuh oleh sang bibi.
Saat kuliah di Sapienza University of Rome, Draghi menjadi mahasiswa kesayangan Federico Caffè seorang ekonom Keynesian. Tak heran, dalam beberapa tema pidatonya Draghi kerap mengucapkan ajaran gurunya soal pentingnya pendidikan dalam pembangunan ekonomi. Di bawah bimbingan Franco Modigliani, seorang pemenang Nobel ekonomi, Draghi berhasil menjadi orang Italia pertama yang mendapatkan gelar doktor di MIT pada tahun 1976. Profesor ekonomi ini kemudian mengajar ekonomi dan keuangan di Universitas Florence (1981-1991).
Draghi juga sempat menjadi anggota Pemerintahan dan Dewan Umum ECB dan anggota Dewan Direksi Bank for International Settlements. Pada bulan April 2006, dia terpilih menjadi Ketua Forum Stabilitas Keuangan (kemudian menjadi Dewan Stabilitas Keuangan) pada musim semi 2009.
Dia juga pernah menjadi Wakil dan Direktur Goldman Sachs International. Selain itu, Draghi adalah di Institute for Advanced Study di Pricenton, New Jersey, AS dan juga di Brookings Institution di Washington DC.
Sejak tanggal 1 November 2011, Draghi diangkat sebagai Gubernur ECB menggantikan Jean Claude Trichet. Kini, dibawah kepemimpinannya ECB ditantang untuk memulihkan Eropa. Dalam pertemuan informal para menteri keuangan Eropa medio September 2014 lalu di Milan, Italia, Draghi mengatakan bahwa investasi diperlukan untuk pemulihan Eropa. “Jika kami gagal untuk meningkatkan investasi, kami akan melemahkan perekonomian dalam jangka pendek dan akan membahayakan prospek jangka panjang,” ujarnya.
Menurutnya, tidak akan ada pemulihan yang berkelanjutan sampai situasi ini tidak berubah. Draghi mencatat, tingkat investasi bisnis di zona Euro hanya sedikit membaik sejak pecahnya krisis keuangan pada 2007. Sedangkan di AS itu berada di atas tingkat pra-krisis.
“Tidak ada stimulus moneter, dan pada kenyataannya tidak ada stimulus fiskal yang dapat berhasil jika tidak disertai dengan kebijakan struktural yang tepat, kebijakan yang mendorong pertumbuhan potensial dan menanamkan kepercayaan,” katanya.
Draghi juga menambahkan, kenaikan signifikan dalam investasi akan menjadi dasar “untuk membawa inflasi lebih dekat ke di mana kita ingin melihatnya,” atau dekat tetapi di bawah dua persen untuk “mulai mendorong ekonomi dan mengurangi pengangguran.”