Tri Andayani, Direktur Utama PT PELNI (Persero)
Di situ saya merasa mental saya diasah untuk berhadapan dengan birokrasi sampai pejabat level Menteri
Ketika masa berkarya di perbankan sudah terukir hingga 15 tahun, dan sudah menapaki posisi penting, maka tidak berlebihan jika muncul mimpi untuk menapaki hingga posisi puncak. Tetapi kadang garis tangan tidak selalu lurus dengan pola biasa seperti itu.
Hal itu yang dialami oleh Tri Andayani. Bagaimana tidak, setelah mengukir karier di PT Bank Negara Indonesia selama 15 tahun, Anda, panggilan akrab perempuan itu, harus menerima kenyataan bahwa puncak kariernya justru berada di PT Pelayaran Nasional Indonesia atau PT PELNI (Persero).
Perempuan kelahiran Jakarta 1973 ini baru saja dipercaya oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menjadi Direktur Utama, mengganti posisi Insan Purwarisya L. Tobing. Ladies Bankers itu akhirnya menjadi nahkoda armada pelayaran terbesar di Tanah Air, ditunjuk melalui rapat umum pemegang saham (RUPS) yang diselenggarakan pada tanggal 25 Februari 2022.
Memang, lulusan Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada ini ini bukanlah orang baru di jajaran BUMN pelayaran. Dia pernah menjabat sebagai Direktur Keuangan PELNI pada April 2017 hingga 27 Desember 2019. Dan sebelum diangkat menjadi Direktur Utama PT Pelni, Anda merupakan Direktur Marketing di PT Phapros Tbk. Di perusahaan itu, Tri baru saja berkiprah sejak tahun 2021. Singkat kata, Anda juga telah menyelami berbagai sektor pekerjaan, mulai dari perbankan, perusahaan peralatan elektronik, logistik, farmasi sampai pelayaran.
Lantas banyak pertanyaa, sosok Anda dengan basic keuangan ditugaskan oleh Menteri BUMN ke berbagai sektor BUMN, hingga akhirnya berlabuh di ruang kemudi PT PELNI. Anda pun bercerita, bahwa meninggalkan BNI adalah keluar dari zona nyaman. Butuh keberanian untuk itu dan siap melewati ombak dalam karya profesional.
Berawal dari amanah Kementrian BUMN yang diterima Anda di tahun 2015, untuk menjadi Direktur Keuangan di PT Len Industri (Persero). Menjadi Direksi adalah pengalaman pertama baginya waktu itu. Namun Anda penuh percaya diri dan meyakini bahwa hal pertama dan yang terpenting dalam setiap tugas yang diberikan kepadanya adalah pemetaan masalah. Karena dengan pemetaan masalah yang jelas pasti akan menghasilkan solusi yang tepat. “Alhamdulillah waktu itu masalah yang saya petakan selesai dalam waktu dua tahun penugasan saya di situ.”
Keberhasilan bersama Len Industri membawa Anda pada tugas baru. Medio April 2017 Andan diberikan amanah ke PELNI, dengan tugas khusus menyelesaikan penyerapan dana PMN untuk pembelian 6 armada kapal tol laut. Berbekal pengalaman di BNI, Anda mulai membangun sistem pembayaran cashless, baik kepada penumpang maupun kepada pihak ketiga. Sebabnya, memonitor keuangan 45 Cabang, dan 114 Terminal Point serta 106 Kapal bukanlah hal yang mudah.
Bersama PELNI, Anda membawa armada kebanggaan Indonesia ini melalui tangangan pandemi Covid-19 dan PPKM yang menyebabkan banyak kapal yang port stay, dan juga banyak pelabuhan yang tidak beroperasi. Nah, kendati sejak 2019 tugas Anda di PELNI berakhir (karena berpindah ke BUMN Lain), namun Anda masih jadi Komisaris Independen di anak usaha PELNI yaitu PT Sarana Bandar Nasional (SBN).
SBN yang menjadi salah satu backbone PELNI di bidang logistik. Maka dirinya mendorong inovasi dan diversifikasi layanan agar perseroan bisa mendapatkan laba yang sustain. Salah satunya melakukan diversifikasi usaha yaitu dari logistik maritim ke logistik darat. Layani angkutan dari gudang ke gudang yang masih satu provinsi atau satu pulau. Alhasil SBN bisa survive selama 2020-2021 dengan capaian laba yang sustain, sama seperti sebelum pandemi.
Kerja Keras
Seorang wanita Master Kung Fu, Bo Sim Mark, pernah mengatakan, “Jika seorang pria harus bekerja 100 persen untuk menjadi hebat dan unggul, maka seorang perempuan harus bekerja 150 persen lebih keras, tidak hanya dalam bela diri, tapi juga dalam bidang apapun.”
Kata-kata bijak dari Sim Mark tersebut cukup menggambarkan perjuangan kaum wanita di Tanah Air. Hidup dalam budaya Patriarki yang masih berakar kuat di masyarakat Indonesia dan di tengah era kompetisi yang begitu ketat, bukanlah perkara mudah bagi kaum Hawa untuk meraih posisi penting. Tak heran bila hingga saat ini hanya segelintir perempuan yang dapat mencapai jabatan tinggi bergengsi di pemerintahan, instansi maupun di badan usaha. Anda, adalah salah satu dari segelintir perempuan tersebut.
Integritas, kerja keras, fokus, serta peduli detail menjadi etos kerja Anda, yang memulai kariernya dari bawah bersama BNI selama 15 tahun, dan kini meraih posisi puncak bersama PELNI. Anda pun berpesan bagi setiap wanita, khususnya generasi muda, bahwa kesempatan menjadi pemimpin adalah milki setiap manusia, tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama dan ras.
Anda pun sangat mengaperasi langkah Menteri BUMN yang dalam beberapa kesempatan selalu menunjukkan dukungannya pada kepemimpinan perempuan dan itu dijadikan sebagai bagian dari transformasi SDM BUMN untuk mewujudkan kesetaraan kepemimpinan di BUMN. “Bahkan beberapa waktu lalu juga beliau (Menteri Erick) membuat event bagi para perempuan untuk menggantikan posisi beliau sebagai Menteri dan menggantikan posisi 5 Direktur Utama BUMN dalam 1 hari.”
Sedikit bercerita bahwa sejak pertama kali bekerja di BNI, sejak 2000 hingga 2015, Anda mengaku menjalani pekerjaan sebagai seorang bankir menjadi bekal yang sangat lengkap untuk menunjang pekerjaan yang dirinya jalani saat ini. “Di awal karier saya harus memahami benar dasar-dasar keuangan suatu perusahaan yang sehat. Saya mempelajari pola bisnis dan struktur keuangan dari semua debitur yang saya kelola.”
Kemudian beralih ke Group Supporting Dewan Komisaris BNI. Di sana Anda mempelajari bagaiaman direksi berdiskusi membahas suatu masalah sampai dengan proses pengambilan keputusan. “Itu menurut saya bekal yang sangat penting, seperti kawah candradimuka,” cerita Anda.
Kemudian beralih ke Divisi Hubungan Lembaga dan saya diminta mengelola beberapa Kementerian/Lembaga/Badan dan Perusahaan BUMN. Dari sini Anda mulai menjalin jaringan dengan berbagai karakter orang dari latar belakang dan level jabatan yang berbeda. “Di situ saya merasa mental saya diasah untuk berhadapan dengan birokrasi sampai pejabat level Menteri,” tutup Anda.***