JAKARTA, Stabilitas — Pada Kuartal I 2016 PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (IDX: BBNI) mencatat laba sebesar Rp 2,97 triliun atau tumbuh 5,5% dibandingkan laba yang diraih pada periode yang sama tahun 2015. Kenaikan laba bersih ini ditopang antara lain oleh kinerja fungsi intermediasi BNI yang tetap solid dalam menyalurkan pembiayaan meskipun bergerak disaat kondisi perekonomian dunia dan Indonesia yang cukup menantang. BNI pun mencatat pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang lebih baik dari yang diharapkan.
Direktur Utama BNI Achmad Baiquni mengungkapkan, kinerja signifikan BNI pada Kuartal I 2016 tersebut diraih pada saat sektor-sektor utama perekonomian Indonesia mulai bergerak terutama sektor infrastruktur. BNI berharap hingga akhir tahun, proyek-proyek infrastruktur akan menjadi faktor utama yang turut mendorong sektor lain, sehingga penyaluran kredit pun akan merata.
Pada Konferensi Pers Paparan Kinerja Keuangan BNI Kuartal I 2016 di Jakarta, Selasa (12/4/2016) terungkap bahwa laba bersih BNI terbentuk oleh Pendapatan Bunga Bersih (NII) yang naik 13,3% dari Rp 6,09 triliun pada Kuartal I 2015 menjadi Rp 6,91 triliun pada Kuartal I 2016. Hal tersebut menunjukkan peningkatan kualitas kinerja perkreditan BNI dan tetap menjaga net interest margin (NIM) di level 6,1%.
Laba juga ditopang oleh Pendapatan Non- Bunga Kuartal I 2016 yang naik 16,4%, dari Rp 1,90 triliun pada Kuartal I 2015 menjadi Rp 2,22 triliun pada Kuartal I 2016, yang didukung oleh kenaikan fee based income dari trade finance, pengelolaan rekening, bisnis kartu, transaksi ATM, dan sumber pendapatan non-bunga lainnya.
Kredit Tumbuh
Kuartal I 2016 tergolong periode waktu yang cukup berat mengingat terjadinya tekanan terhadap beberapa sektor-sektor ekonomi yang menjadi segmen andalan di BNI, seperti sektor perdagangan yang tertekan oleh menurunnya permintaan dari beberapa negara tujuan ekspor. Meskipun demikian, pertumbuhan kredit BNI mengindikasikan kinerja yang tetap stabil.
Penyaluran kredit BNI tetap mengalami pertumbuhan bahkan hingga dua digit, yaitu tumbuh 21,2% dari Rp 269,51 triliun pada Kuartal I 2015 menjadi Rp 326,74 triliun pada Kuartal I 2016. Beberapa sektor telah menjadi tumpuan pertumbuhan kredit, baik dari Sektor Business Banking maupun Sektor Consumer Business, dimana alokasi penyaluran kredit terbesar atau 71,7% dari total kredit, dicairkan untuk Sektor Business Banking sebagai bentuk dukungan BNI terhadap penciptaan lapangan-lapangan kerja.
Kredit ke Sektor Business Banking meningkat 22,7% dari Rp 190,95 triliun menjadi Rp 234,22 triliun. Salah satu sektor yang menjadi penopang naiknya Kredit di Sektor Business Banking adalah kredit ke sektor Konstruksi yang tumbuh 127,5% dari Rp 2,63 triliun menjadi Rp 5,99 triliun pada Kuartal I 2016. Kredit BNI yang tumbuh terjadi pada sektor Manufaktur; Pertanian; Transportasi, Pergudangan, dan Komunikasi; Konstruksi; Kelistrikan, gas, dan Air; dan Pertambangan.
Sementara itu, untuk kredit ke Sektor Consumer Business, BNI mencatat pertumbuhan sebesar 9,8% dari Rp 52,53 triliun menjadi Rp 57,65 triliun. BNI menaruh perhatian serius pada penetrasi terhadap kredit yang berbasiskan payroll.
Penghimpunan DKP
Kinerja signifikan juga dicatat BNI dalam upaya menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK). BNI mencatat pertumbuhan DPK sebesar 21,8%, yaitu dari Rp 305,15 triliun menjadi Rp 371,56 triliun pada Kuartal I 2016. Dari total DPK tersebut komposisinya masih didominasi komponen dana murah (current account saving account/ CASA) sebesar 58,5% atau sekitar Rp 217,25 triliun, meningkat 12,9% dibandingkan periode yang sama tahun 2015.
Pertumbuhan DPK ini tidak terlepas dari upaya BNI untuk terus meningkatkan kualitas layanan. Dalam rangka meningkatkan layanan tersebut BNI menyediakan 1.862 outlet di seluruh Indonesia, belum termasuk kantor-kantor perwakilan di luar negeri. Selain itu, BNI juga menyiapkan lebih dari 16.000 ATM yang mendukung layanan electronic banking (e-banking) BNI, termasuk di Hong Kong dan Singapura, selain SMS Banking dan Internet Banking.
Pertumbuhan kredit dan DPK ini menghasilkan pertumbuhan aset yang berkualitas sebesar 25,0%, yaitu dari Rp 407,22 triliun menjadi Rp 509,09 triliun pada Kuartal I 2016. Upaya untuk menjaga kualitas aset tersebut terus dilakukan antara lain dengan menjaga ritme penyaluran kredit agar tetap stabil. Ekspansi kredit yang terus dilakukan menunjukkan fungsi intermediasi BNI berjalan dengan baik, ditunjukkan Loan to deposit ratio (LDR) sedikit naik dari 87,8% menjadi 88,0%.
Pertumbuhan kredit tersebut tetap didukung dengan fundamental yang kuat dimana tingkat kecukupan permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) tetap terjaga baik, yaitu naik dari 17,8% menjadi 19,9%. Secara fundamental, penyisihan pencadangan juga tetap terjaga dengan baik dengan tingkat coverage ratio naik dari 130,5% menjadi 142,4%.