JAKARTA, Stabilitas.id – Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa, menyoroti dampak resesi yang melanda Jepang dan Inggris. Dalam pandangannya, fokus pada kebijakan ekonomi Indonesia menjadi penting.
“Saya mengapresiasi upaya perekonomian kita di tengah kesulitan yang dihadapi oleh Jepang dan Inggris. AS dan Cina masih kokoh. Cina telah memberikan stimulus bagi ekonomi AS. Meskipun suku bunga mereka tinggi, pertumbuhan uang hampir mencapai 7%. Amerika sudah melakukan penyuntikan dalam sistem, hanya mereka agak gengsi untuk mengakui,” ujar Ketua Dewan Komisioner LPS, Purbaya Yudhi Sadewa pada Selasa (20/02/2024).
Menjawab pertanyaan apakah itu berarti AS berbohong, Sadewa menjelaskan bahwa meskipun sinyal kebijakan AS terkesan kontraktif, namun fondasi ekonominya tetap ekspansif. “Jadi, tidak perlu takut dengan ramalan IMF tentang resesi global. Negara-negara besar, kecuali Eropa, telah mulai mendukung ekonominya lagi. Amerika mungkin mengalami penyesuaian sejak Maret 2023, tetapi pertumbuhannya masih kuat hingga sekarang,” tambahnya.
Sadewa menegaskan bahwa secara global, situasi tidak seburuk yang diperkirakan. Meskipun ada peringatan-peringatan negatif, banyak negara besar yang mulai memperbaiki ekonominya. “Kita harus menjalankan kebijakan domestik dengan baik. Sebagian besar pengeluaran adalah dari dalam negeri, sekitar 50%. Ekspor hanya sekitar 24-25% dari GDP. Jadi, jika kita fokus pada pasar domestik, kita masih dapat bertahan,” paparnya.
Sementara itu, Sadewa juga membahas tentang proyeksi kejatuhan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). “Sebelum krisis, rata-rata ada 6-7 BPR yang jatuh per tahun. Meskipun masih mungkin terjadi, setelah krisis, dana masyarakat kembali dalam waktu singkat,” jelasnya.
Terakhir, ketika ditanya tentang dorongan untuk BPR untuk go public (IPO), Sadewa menganggapnya sebagai langkah yang bagus jika BPR memiliki kinerja yang baik. Namun, ia menegaskan bahwa keputusan untuk go public harus berdasarkan pada kondisi dan kualitas manajemen, bukan dipaksa.
“Bagus jika BPR yang baik berencana untuk go public, tapi jangan dipaksa. Yang lebih penting adalah membangun manajemen yang kuat dan transparan. IPO bisa menjadi strategi keluar jika memang sudah tepat,” tegasnya. ***
Penulis : Tsavirha Almara