JAKARTA, Stabilitas.id – Saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI terus melanjutkan momentum positifnya, dengan menyentuh level all time high di Rp5.825 pada perdagangan intraday Selasa (6 Februari 2024).
Pencapaian ini mendorong nilai kapitalisasi pasar BNI mencapai Rp217,26 triliun atau meningkat 23% dari posisi yang sama tahun lalu (year on year).
Nilai kapitalisasi pasar tersebut Kembali memecahkan rekor terbesar yang dibukukan perseroan, sekaligus semakin mengukuhkan posisi BNI sebagai emiten terbesar ke 9 di Bursa Efek Indonesia.
BERITA TERKAIT
Emiten dengan kode saham BBNI ini mencatat rekor harga saham tersebut dengan disertai aksi beli investor asing yang mencapai Rp71,77 miliar dalam sehari. Dalam satu minggu, jumlah aliran dana asing mencapai Rp581,66 miliar.
Sentimen positif dari bank terbesar keempat di Indonesia dari sisi aset ini berasal dari kinerja keuangan yang menghasilkan laba bersih sebesar Rp20,9 triliun pada tahun 2023, tumbuh 14,2% secara Year on Year (YoY), serta outlook kinerjanya yang semakin kuat kedepannya.
Menariknya, saham BBNI termasuk yang paling atraktif di antara bank-bank besar lainnya. Dalam 3 tahun terakhir sejak 2 Februari 2021, saham BBNI telah meningkat 96%. Jika dilihat dari posisi harga terendah di tengah pandemi sebesar Rp 1580 di tanggal 25 Maret 2020 atau ekuivalen dengan harga Rp3,160 sebelum stock split, saham BBNI telah mengalami peningkatan sebesar 365%.
Kenaikan harga saham dalam 3 tahun terakhir tersebut merupakan yang tertinggi kedua di antara empat bank terbesar di Indonesia. Juga, jika dibandingkan dengan indeks IDX Finance, kenaikan saham BBNI tercatat 13 kali lebih tinggi. Dalam tiga tahun terakhir, IDX Finance hanya mencatatkan kenaikan sebesar 12%.
Secara fundamental, BNI mencatatkan Return on Equity (RoE) sebesar 15,2% pada 2023, meningkat sebesar 120 basis poin dari posisi 14% pada tahun 2019. Pencapaian ini diperoleh di tengah peningkatan nilai modal atau ekuitas, yang menggambarkan peningkatan tingkat profitabilitas perusahaan.
Hasil positif ini diperoleh dari perbaikan fundamental, termasuk kontribusi fee-based income, efisiensi operasional, serta kualitas aset. Sepanjang periode 2020-2023, BNI mampu mencatatkan pertumbuhan kredit rata-rata sebesar 7,9% per tahun.
Pertumbuhan kredit utamanya berasal dari segmen prospektif dengan risiko rendah. Segmen ini menghasilkan penurunan profil risiko yang tergambar dari Aset Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) untuk risiko kredit yang turun dari 82% pada tahun 2019 menjadi 73% pada tahun 2023.
Sebelumnya, Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, perbaikan kualitas aset dilakukan sebagai langkah strategis untuk memastikan bisnis perusahaan tetap berkelanjutan dalam jangka panjang di tengah dinamika ekonomi global yang terus berubah.
“Transformasi tiga tahun terakhir telah menjadi titik balik yang memperkuat fondasi bisnis BNI. Kami melihat program transformasi ini lebih dari sekadar inisiatif. Ini adalah sebuah langkah besar yang menandai dedikasi dan komitmen kami untuk terus tumbuh, berkembang, dan beradaptasi terhadap perubahan di tingkat nasional dan global,” katanya.
Terkait hal tersebut, Analis Ciptadana Sekuritas Erni Marsella Siahaan mengatakan, pencapaian laba bersih BBNI pada 2023 sejalan dengan estimasi Ciptadana serta konsensus para analis.
“Lonjakan dana pihak ketiga berkontribusi terhadap perbaikan likuiditas, dengan Loan to Deposits Ratio (LDR) mencapai 86% pada akhir kuartal IV-2023, dibandingkan dengan level 90% pada kuartal sebelumnya. Hal ini juga meningkatkan rasio CASA secara signifikan menjadi 71,2%,” ucapnya.
Erni menambahkan, meski BNI mencatatkan pertumbuhan kredit yang lebih lambat dibandingkan dengan peer group pada kuartal IV-2023, namun BBNI tetap optimistis dapat menyalurkan kredit sebesar 9-11% pada tahun ini.
Hal ini didasari oleh beberapa faktor, seperti kuatnya jalur pembiayaan korporasi, kebangkitan pinjaman komersial dan UKM, dan peluncuran bisnis kredit kepemilikan mobil di antara segmen konsumer.
“Kami mempertahankan rekomendasi Beli untuk saham BBNI dengan target harga yang lebih tinggi, yaitu Rp6.300 dari sebelumnya Rp5.825. Target harga kami menyiratkan PBV 1,4x pada tahun 2024. Saat ini, BBNI diperdagangkan pada PBV 1,2x pada tahun 2024,” pungkasnya. ***