JAKARTA, Stabilitas–Kementerian Perindustrian gencar menciptakan wirausaha rintisan (startup), termasuk untuk sektor kerajinan dan batik. Sebab, selama ini industri kecil dan menengah (IKM) di sektor kerajinan dan batik telah memberikan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.
“Guna mencapai sasaran tersebut, kami mengadakan kegiatan Innovating Jogja 2019. Kegiatan ini merupakan kali ketiga setelah sukses dilaksanakan pada tahun 2016 dan 2018 yang lalu,” kata Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Titik Purwati Widowati di Yogyakarta, Senin (15/7).
Menurut Titik, penyelenggaraan Innovating Jogja 2019 merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin.Dalam pelaksanaannya, BBKB Yogyakarta sebagai inisiator didukung oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Industri Agro Kemenperin, Program Disseminating Capacity Pusat Unggulan IPTEK (Batik dan Kerajinan), serta Bio Hadikusuma Management Training & Consulting (BHMTC).
“Kegiatan Innovating Jogja secara umum menggabungkan tujuan kegiatan Innovating Jogja terdahulu, untuk menghasilkan startup kerajinan dan batik di Yogyakarta yang inovatif dengan fungsi alih teknologi dan inkubasi hasi-hasil litbang yang dihasilkan oleh BBKB Yogyakarta,” jelasnya.
Setelah proses seleksi atas 42 proposal inovasi yang masuk, Innovating Jogja 2019 sudah sampai pada tahapan bootcamp bagi 30 peserta (incubatee) dengan inovasi kerajinan dan batik yang terbaik. Pada tahap ini, peserta kegiatan akan mengikuti pelatihan selama tiga hari, 15 -17 Juli 2019 di Yogyakarta, dalam rangka workshop penajaman ide bisnis dan penyusunan rencana bisnis bagi peserta. Tahapan bootcamp ini dipandu oleh tim BHMTC.
“Setelah kegiatan bootcamp, diharapkan seluruh peserta baik yang terpilih menjadi tenant maupun yang belum terpilih, dapat mengetahui identitas ide bisnisnya, mampu menyusun langkah bisnis secara konkret, memiliki rencana keuangan, dan semangat melaksanakan langkah-langkah bisnisnya tersebut,” papar Titik.
Babak selanjutnya setelah tahapan bootcamp adalah tahap seleksi business plan yang akan dilaksanakan di BBKB Yogyakarta pada tanggal 18-19 Juli 2019. “Akan dipilih dua tenant inovasi dan dua tenant alih teknologi kompor listrik batik tulis untuk mengikuti kegiatan inkubasi, dimana BBKB sebagai inkubator bisnis,” imbuhnya.
Para incubatee yang terpilih pada kegiatan ini diharapkan juga dapat menerapkan hasil-hasil litbang serta memanfaatkan keberadaaan BBKB Yogyakarta untuk pengembangan bisnis mereka.”Keempat peserta yang dipilih akan mendapatkan program penguatan teknis produksi, pembangunan dan pengembangan bisnis dari BBKB serta bantuan bahan produksi senilai Rp20 juta,” ungkap Titik.
Pada ajang Innovating Jogja sebelumnya, muncul inovasi bisnis yang terus berkembang, di antaranya Wastraloka yang bergerak di bidang seni lukis pada kerajinan kaleng, Janedan yang mengenalkan produk kerajinan kulit tanpa jahit, dan Alra yang menghasilkan produk fesyen kulit.
Selanjutnya, muncul pula inovasi bisnis di bidang batik, seperti Tizania Batik yang berinovasi dengan batik latar ringkel ataupun By&G yang mengkreasikan tas tenun agel kombinasi batik. Selain itu, masih banyak lagi bisnis kerajinan dan batik lain yang juga tumbuh melalui jaringan Innovating Jogja yang telah terbentuk. BBKB Yogyakarta berharap, pada tahun 2019 ini akan muncul ide inovasi bisnis yang tidak kalah dibandingkan dengan sebelumnya.
Kepala BPPI Kemenperin Ngakan Timur Antara menyampaikan, pihaknya aktif mendorong pelaku industri nasional untuk terus menciptakan inovasi produk. Hal ini sesuai dengan implementasi peta jalan Making Indonesia 4.0, salah satunya melalui pemanfataan teknologi digital, yang tujuannya menghasilkan produk berdaya saing global.
“Saat ini, penguatan inovasi bagi sektor industri menjadi sangat penting. Langkah ini perlu kolaborasi dengan seluruh stakeholder,” tegasnya. Ngakan optimistis, pengembangan industri melalui inovasi dan teknologi akan berperan dalam peningkatan produktivitas dan kualitas secara efisien.
Merujuk data Kemenperin, industri batik turut mendorong pertumbuhan gemilang di sektor industri tekstil dan pakaian jadi pada triwulan I tahun 20i9, yang mencatatkan posisi tertinggi dengan capaian 18,98 persen. Kinerja ini melampaui pertumbuhan ekonomi sebesar 5,07 persen di periode yang sama.
Selain itu, ekspor batik Nusantara tercatat senilai USD52,44 juta pada tahun 2018. Kemenperin menargetkan nilai ekspor batik nasional dapat meningkat hingga 6-8 persen pada tahun 2019. Berikutnya, industri batik salah satu sektor yang banyak membuka lapangan pekerjaan, dengan didominasi oleh IKM yang tersebar di 101 sentra. Jumlah tenaga kerja di sektor industri batik sebanyak 212 ribu orang.
Kemenperin juga mencatat, nilai ekspor dari produk kriya nasional pada Januari-November 2018 mampu mencapai USD823 juta, naik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar USD820 juta. Industri kerajinan di Indonesia jumlahnya cukup banyak, yaitu lebih dari 700 ribu unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 1,32 juta orang.