JAKARTA, Stabilitas.id – Inflasi di beberapa negara maju dan berkembang terus mengalami kenaikan yang mengakibatkan beberapa negara di dunia melakukan kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga acuan. Di Amerika Serikat, inflasi saat ini meningkat menjadi 9,1 persen.
Kebijakan yang diambil oleh beberapa bank sentral membuat proyeksi pertumbuhan global mengalami koreksi dan revisi ke bawah. Ini mengakibatkan terbatasnya aliran modal asing dan menekan nilai tukar di negara-negara berkembang termasuk Indonesia.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI), Wahyu Agung Nugroho dalam Virsem LPPI pada Kamis (4/8/22) mengatakan, dari sisi domestik, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus berjalan positif.
“Kami optimis, kita perkirakan pertumbuhan ekonomi triwulan II akan lebih tinggi dibandingkan triwulan I,” ungkap Wahyu.
Inflasi memang meningkat di beberapa negara. Akan tetapi, apabila dilihat lebih dekat, sumber inflasi ini berasal dari sisi penawaran karena adanya kenaikan komoditas global yang menyebabkan inflasi terjadi.
“Kami mengelola inflasi dan stagnasi ekonomi dengan memperkuat bauran kebijakan Bank Indonesia. Kita juga berkoordinasi dengan pemerintah, OJK, LPS secara bilateral,” jelasnya.
Walaupun begitu, dia tetap mengingatkan untuk selalu waspada mengenai dampak ekonomi global pada pertumbuhan perekonomian domestik.Perbaikan perekonomian domestik didukung oleh peningkatan mobilitas, sumber pembiayaan dan aktivitas dunia usaha.
“Akan tetapi perlambatan ekonomi global dapat berpengaruh pada kinerja ekspor sementara kenaikan inflasi dapat menahan konsumsi swasta,” lanjutnya.
Wahyu mencatat Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan Juli 2022 mengalami inflasi 0,64 persen (mtm). Angka ini meningkat dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya yang tercatat 0,61 persen.
“Kenaikan inflasi tersebut terutama bersumber dari inflasi kelompok administered prices di tengah inflasi inti yang terjaga lebih rendah dan kelompok volatile food yang mulai menurun,” ungkapnya
Inflasi IHK secara tahunan sebesar 4,94 persen lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Akan tetapi dibandingkan dengan negara peers seperti Thailand yang inflasi sebesar 7,7 persen, Filipina 6,1 persen, India 7 persen, justru inflasi di Indonesia masih relatif moderat.
Di sisi lain untuk inflasi inti tetap terjaga rendah sebesar 2,86 persen yang didukung oleh konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga ekspektasi inflasi.
“Inflasi IHK pada 2022 diperkirakan lebih tinggi dari batas atas sasaran dan akan kembali ke dalam sasaran 3 persen plus minus satu persen pada tahun 2023,” tutupnya.***