JAKARTA, Stabilitas.id – Pada triwulan I-2023, pertumbuhan industri pengolahan nonmigas sebesar 4,67%, kemudian pada triwulan II-2023 tumbuh sebesar 4,56%, dan di triwulan III-2023 naik menjadi 5,02% yang melampaui pertumbuhan ekonomi nasional.
Hal tersebut diungkapkan oleh Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita, pada acara Silaturahmi Media Akhir Tahun 2023 di Denpasar, Bali, pada Kamis (28/12/23).
“Ini membuktikan bahwa kita terus dan mampu menjaga kondisi industri agar tetap tumbuh positif di tengah gejolak dan tantangan yang ada, termasuk dampak global.Jadi, apa yang telah kita hadapi sepanjang tahun 2023 ini, dibandingkan negara-negara tetangga maupun negara industri maju lainnya, kita dapat melaluinya dengan lebih baik,” ungkap Menperin
Menperin menegaskan, Indonesia tidak sedang mengalami kondisi deindustrialisasi. Ini juga dibuktikan dari kontribusi sektor industri yang masih tertinggi di antara sektor ekonomi lainnya. Indikasi lainnya ditunjukkan oleh ekspor industri pengolahan nonmigas yang terus meningkat, meski di tengah kondisi perekonomian dunia yang sedang tidak stabil.
Nilai ekspor industri pada Januari-November 2023 mencapai USD171,23miliar atau berkontribusi sebesar72,43% dari total ekspor nasional.
“Kinerja ekspor sektor industri tetap mendominasi, sekaligus menjadi tulang punggung pertumbuhan perekonomian nasional,” imbuhnya.
Menurut Agus, berbagai kinerja positif tersebut selaras dengan nilai Indeks Kepercayaan Industri (IKI) sepanjang tahun 2023. Sejak IKI diluncurkan pada November tahun 2022 sampai saat ini, nilai IKI fluktuatif namun tetap pada posisi ekspansif, dan berada di angka 51,32 pada bulan Desember 2023.
“Semua perkembangan makro di atas menunjukkan bahwa kita berhasil menjaga sektor industri agar tetap produktif dan berdaya saing di tengah pemulihan perekonomian dunia,” jelasnya.
Proyeksi target 2024
Pada kesempatan yang sama, Menperin menyampaikan, pihaknya mengidentifikasi berbagai kendala dan tantangan akibat dampak geoekonomi dan geopolitik yang kemungkinan besar akan tetap berlangsung pada tahun 2024.
Pertama, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi Tiongkok dan negara-negara Eropa, sehingga permintaan global akan turut melemah dan permintaan terhadap produk ikut menurun.
Kedua, akan terjadinya depresiasi nilai tukar akibat kebijakan moneter di negara maju untuk menekan inflasi dengan menaikkan tingkat suku bunga.
Ketiga, apabila konflik Ukraina-Rusia dan Palestina-Israel berkepanjangan, akan dapat menggangu stabilitas kawasan sehingga memicu kenaikan harga komoditas, pangan, dan energi.
Selanjutnya, keempat, pelaksanaan pemilu di satu sisi memberikan dampak positif bagi industri nasional, namun di sisi lain terdapat kemungkinan investor mengambil posisi wait and see sambil menunggu dilantiknya Presiden dan Wakil Presiden yang definitif.
Sejalan sasaran tersebut, kontribusi industri pengolahan nonmigas pada tahun 2023 diproyeksi sebesar 16,91% dan target pada tahun 2024 mencapai 17,90%.
“Sedangkan nilai ekspor industri pengolahan nonmigas diperkirakan pada tahun 2023 berada di angka USD186,40 miliar, dan pada tahun 2024 ditargetkan mencapai USD193,4 miliar,” sebutnya.
Sementara itu, nilai investasi industri pengolahan nonmigas diperkirakan mencapai Rp571,47 triliun pada tahun 2023, dan target di 2024 akan mencapai Rp630,57 triliun.
“Sedangkan penyerapan tenaga kerja industri pengolahan nonmigas akan mencapai 20,33 juta orang pada tahun 2024,” tandasnya.
Guna mencapai target-target tersebut, Menperin menyatakan, pihaknya siap menggulirkan beberapa program prioritas pada tahun 2024. Misalnya, program restrukturisasi mesin dan/atau peralatan kepada industri pengolahan kayu, makanan dan minuman, tekstil, serta kepada para pelaku industri kecil menengah.
Selain itu, melanjutkan hilirisasi sumber daya alam di tiga sektor, yakni industri berbasis agro, industri berbasis bahan tambang dan mineral, serta industri berbasis migas dan batubara.
Berikutnya, untuk mendukung kebijakan green economy serta dekarbonisasi sektor industri, Kemenperin terus berupaya memacu pembangunan industri hijau untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.***