JAKARTA, Stabilitas.id – Pertemuan Sustainable Finance Working Group ketiga (3rd SFWG) di bawah Kepresidenan G20 Indonesia telah diselenggarakan di Bali pada 14-15 Juni 2022.
Pertemuan ini dipimpin oleh co-chairs SFWG yaitu, Amerika Serikat dan Republik Rakyat Tiongkok dan United Nations Development Programme (UNDP) yang berperan sebagai moderator juga selaku Sekretariat SFWG.
Sebelum Pertemuan inti SFWG digelar, Presidensi G20 Indonesia menyelenggarakan Forum on International Policy Levers for Sustainable Investment. Hasil rangkaian Forum dan pertemuan SFWG ketiga tersebut akan menjadi masukan dalam Pertemuan ketiga Deputi Keuangan dan Bank Sentral dan Pertemuan ketiga Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20, yang akan dilaksanakan di Bali bulan depan.
BERITA TERKAIT
Dalam pertemuan ini, para anggota membahas secara intensif perkembangan terkini dan studi kasus, yaitu pertama, diskusi pararel tentang model dukungan kebijakan pembiayaan dan investasi untuk mendukung transisi;
Kedua, mendorong komitmen lembaga keuangan dengan mengembangkan kerangka kerja yang mendukung transisi keuangan dan meningkatkan kredibilitas komitmen lembaga keuangan. Pengembangan kerangka transisi dimaksudkan untuk membantu memungkinkan pasar keuangan mendukung proses transisi ekonomi global berkelanjutan;
Ketiga, perluasan instrumen keuangan berkelanjutan, dengan fokus pada peningkatan aksesibilitas dan keterjangkauan biaya. Dalam hal ini termasuk meningkatkan potensi akses pasar global ke dalam sektor keuangan berkelanjutan, pemetaan berbagai potensi resiko, serta mendorong peran lembaga keuangan multilateral (MDBs) dalam penyediaan fasilitas pembiayaan, dan meningkatkan peran sektor perbankan domestik dalam menciptakan pasar keuangan berkelanjutan nasional; dan keempat, memantau perkembangan terkini Peta Jalan Keuangan Berkelanjutan G20.
Pertemuan ini dibuka oleh Anita Iskandar selaku Direktur Kerja Sama Internasional Kepabeanan dan Cukai, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai – Kementerian Keuangan.
“Kehadiran kita semua di sini hari ini menegaskan komitmen G20 untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan iklim, termasuk mendorong transisi menuju ekonomi rendah karbon yang tertib, adil, dan terjangkau,” papar Anita.
Presidensi Indonesia memprioritaskan mekanisme transisi energi menuju energi yang lebih bersih dan terjangkau guna mendorong dan mendukung mekanisme transisi hijau. Termasuk pembahasan untuk meningkatkan aksesibilitas dan keterjangkauan dalam menyusun kebijakan Mekanisme Transisi Energi/ Energy Transition Mechanism (ETM).
Dalam mendorong peningkatan aksesibilitas dan keterjangkauan instrumen keuangan berkelanjutan, para anggota menyoroti pentingnya peningkatan penggunaan teknologi digital untuk mengurangi beban biaya operasional dalam praktik keuangan berkelanjutan, khususnya bagi sektor Usaha Kecil Menengah (UKM), serta mendorong pemerintah untuk membantu perusahaan dalam mengadaptasi Sustainable Supply Chain Finance (SSCF).
Dalam Forum Policy Levers, para anggota menyoroti berbagai alternatif instrumen dan pendekatan yang tersedia dalam rangka mencapai proses transisi yang teratur, adil dan terjangkau. Para anggota juga mendukung pengembangan kerangka keuangan transisi yang fleksibel dan dinamis, namun juga praktis, kredibel, dan disusun berbasis pada ilmu pengetahuan.
Presidensi G20 Indonesia berkomitmen untuk mendorong tindakan kolektif, dan mengembangkan model praktik untuk memberikan hasil nyata dalam mencapai Agenda 2030 untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan dan Perjanjian Paris.***