JAKARTA, Stabilitas.id –Dalam rangka mendorong literasi dan inklusi keuangan khususnya yang berkaitan dengan invesatasi, UOB Indonesia mengadakan literasi bertajuk “Preserve and Grow Your Wealth Through Risk-First Approach” yang berlangsung di Jakarta, pada Kamis (30/3/23).
Dalam kegiatan tersebut, UOB Indonesia memberikan informasi komprehensif mengenai investasi pasar modal agar masyarakat dapat mengoptimalkan portofolio kekayaannya dan terhindar dari risiko berlebih.
Head of Deposit & Wealth Management UOB Indonesia, Vera Margaret mengatakan, ada berbagai risiko yang harus dikenali, yaitu risiko diri sendiri maupun risiko dari produk yang akan diinvestasikan. Melalui pendekatan Risk-First, UOB Indonesia menekankan akan pentingnya keseimbangan antara risiko dan imbal hasil.
“Masyarakat harus melakukan literasi keuangan. Pahami produk-produk investasi yang ditawarkan. Kadang kita tahu risiko kita, tapi lupa kalau produk punya risiko yang harus dipelajari. Dengan begitu kita bisa menikmati hasil investasi yang kita lakukan,” ungkap Vera.
Melalui metode Risk-First Approach, diharapkan masyarakat dapat memahami tingkat toleransi risiko pribadi yang dapat digunakan untuk mengelola portfolio keuangan dengan risiko yang lebih terukur.
“Sebenarnya tidak cukup hanya tahu risiko, tujuan juga penting mulai dari rangka pendek, jangka panjang, uang sekolah anak, dana pensiun, kebutuhan sehari-hari, dan kebutuhan investasi lainnya. Tujuan dari investasi ini akan mempengaruhi produk apa yang paling tepat dimiliki nasabah sesuai dengan profil risikonya,” lanjut Vera.
Dalam pendekatan Risk-First, terdapat tiga langkah dalam perencanaan keuangaan.
Pertama adalah melindungi (protect) diri dan orang yang dicintai dengan alokasi dana yang sesuai dengan kebutuhan, solusi asuransi yang tepat, serta aset berisiko rendah lainnya.
Kedua membangun (build) kekayaan dengan portofolio investasi inti yang kuat. Skema ini dirancang untuk membantu mencari imbal hasil yang stabil guna mencapai tujuan fundamental dan jangka panjang, seperti investasi hari tua.
Ketiga adalah meningkatkan (enhance) nilai kekayaan dengan investasi taktis dengan membantu menangkap peluang pasar yang muncul.
Sementara itu, Wealth Advisitor Head UOB Indonesia, Diendy Liu mengkatakan, saat ini pasar modal dihadapkan pada volatilitas pergerakan harga yang cukup tinggi. Selain itu, beberapa kegagalan bank di AS dan pengambilalihan bank di Eropa juga memperparah kondisi yang ada.
Menurutnya, kombinasi kejadian ini menyebabkan sentimen negatif tidak kunjung berakhir menghinggapi pasar modal global maupun lokal. Namun demikian, sedikit angin segar dan harapan muncul di kawasan Asia Pasifik.
Setelah mengakhiri kebijakan zero-covid pemerintah China langsung melakukan beberapa perubahan kebijakan untuk sesegera mungkin mempercepat laju pertumbuhan ekonominya, bahkan mencanangkan target pertumbuhan sebesar 5% di tahun 2023.
Di dalam negeri, pemerintah Indonesia diyakini tetap sigap dalam memitigasi imbas dari ketidakpastian ekonomi dengan terus mendorong investasi.
Untuk menjaga pertumbuhan tersebut, pemerintah Indonesia harus melakukan beberapa langkah antara lain melakukan investasi berkelanjutan, memanfaatkan bonus demografi, potensi kemajuan teknologi, peningkatan daya saing ekonomi dan menciptakan iklim usaha yang aman dan andal.***