JAKARTA, Stabilitas.id – Disrupsi digital menjadi salah satu tantangan utama di dunia perbankan pada era modern. Diperlukan strategi khusus untuk menjawab tantangan tersebut melalui rencana visioner seperti transformasi digital yang mengikuti perkembangan situasi pasar. Harapannya, perusahaan mampu mempertahankan daya kompetitif dan sehingga dapat semakin dipercaya nasabah.
Langkah tersebut menjadi strategi PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI untuk mengarungi masa depan. Direktur Digital dan Teknologi Informasi BRI Arga M. Nugraha mengatakan bahwa pihaknya memiliki rencana matang dengan 3 fokus utama untuk melakukan transformasi digital yang tertuang dalam BRIVolution 2.0.
“BRIVolution kami gunakan sebagai guideline menjawab tantangan digital dan IT. Karena kami sebagai unit punya strategi yang sama dan mendukung business goals yang sama pula. Sehingga bicara ke depan, kami coba formulasikan ada 3 hal yang menjadi fokus dalam jangka menengah,” ujar Arga dalam acara Diskusi Taman BRI yang mengangkat tema “The Role of Banking Technology in Improving Financial Inclusion”, Rabu (26/6).
BERITA TERKAIT
Pertama adalah BRI terus berupaya meningkatkan resiliensi. Arga mencontohkan saat dunia diterpa pandemi Covid-19 mengakibatkan disrupsi yang sangat luas secara tiba-tiba. Alhasil, digitalisasi dipacu sedemikian cepat di berbagai bidang tak terkecuali perbankan.
Kedua, BRI ingin fokus kepada open banking. Konsep ini adalah salah satu terobosan baru di bidang perbankan. Tujuannya mampu mendorong transaksi dan layanan keuangan menjadi lebih mudah, cepat, terintegrasi, dan praktis. Pihak bank membuka jalan untuk membangun kerja sama dengan pihak ketiga. Khususnya untuk berbagai jenis aplikasi digital.
Dengan demikian pihak pengembang aplikasi dapat terhubung dengan nasabah bank secara aman. Arga mencontohkan, di BRI telah tersedia layanan BRIAPI yang mana keterhubungan pihak ketiga dengan nasabah BRI bisa dilakukan menggunakan teknologi Application Programming Interface (API) yang mengintegrasikan data perbankan dengan data yang ada di aplikasi.
“Kenapa open banking? Jadi combine services, partner-partner kami akan bisa lebih luar biasa lagi manfaatkan itu. Sehingga bisa menjawab tantangan-tantangan yang sangat-sangat unik, yang niche market-nya akan dapat. Karena kami yakin kekuatan kami hanya sampai titik tertentu dan beyond harus ada partnership,” ujar Arga.
BRIAPI saat ini sudah memiliki 766 partner per kuartal I/2023. Pada periode tersebut, kerja sama di BRIAPI menghasilkan fee-based income (FBI) hingga Rp26 miliar atau naik 73,2% secara tahunan. Sedangkan jumlah transaksinya mencapai 117,5 juta, naik sekitar 22,4% secara tahunan. Adapun sales volume mencapai Rp111,4 triliun atau naik 18,2% secara tahunan.
Ketiga adalah penguatan artificial intelligence dan juga machine learning. Dengan demikian BRI mampu mengelola data nasabah yang begitu besar untuk memberikan manfaat dan value. “Tidak untuk dijual, tapi kami coba value-nya kami extract dan infuse kembali hasilnya kepada produk-produk kami,” imbuhnya.***