BERITA TERKAIT
Saat ini, tidak dapat dipungkiri, kehadiran Generasi Y di perusahaan-perusahaan sudah mulai mewarnai dan mempengaruhi kebijakan internal. Generasi yang lahir pada akhir dekade 80-an hingga dekade 90-an ini memang memiliki ciri dan sifat yang berbeda dengan generasi sebelumnya, yaitu Generasi X yang lahir di periode 70-an hingga awal 80-an dan Generasi Baby Boomers yang lahir di dekade 60-an hingga 70-an awal.
Akan tetapi, kenyataan di lapangan mayoritas pimpinan dan manajer di perusahaan-perusahaan termasuk bank, pada saat ini adalah mereka yang masuk Gen Boomers dan Gen X. Meski begitu ada gap ekspektasi antar generasi –yang tidak terlihat namun dirasakan menjadi bahaya laten buat perusahaan. Pertanyaan yang kemudian muncul, apakah gap itu dibiarkan saja menganga di suatu perusahaan? Bagaimana Boomers seharusnya bersikap/membuat kebijakan? Apakah Gen Y bisa tetap mempertahankan sikapnya itu?
Ketiga pertanyaan tersebut akan dibahas dalam tulisan ini. Untuk menjawab pertanyaan pertama, perlu kiranya dijabarkan bahwa gap tersebut tidak seharusnya dibiarkan. Sebab jika terjadi baik terang-terangan maupun terselubung, maka yang akan rugi adalah pihak ketiga yaitu pihak perusahaan.
Diakui, Boomers kerap merasakan dan menyaksikan sikap-sikap Gen Y yang tidak sesuai harapan mereka. Seperti ketika menugasi Gen Y dan tidak ditanggapi secara sungguh-sungguh, atau saat menjumpai hasil kerja Gen Y yang ternyata salah (terkait waktu dan kualitas) namun yang bersangkutan tidak merasa menyesal.
Namun demikian, semua pihak harus sepakat bahwa gap yang ada perlu dikurangi, jika tidak bisa dihilangkan sama sekali. Karena di lain pihak, Gen Y sendiri yang tidak akan nyaman dalam bekerja ketika sikap dan tindakannya dianggap tidak sesuai standar Gen Boomers atau Gen X.
Pertanyaan kedua, bagaimana Gen Boomers seharusnya bersikap/ membuat kebijakan? Gen Y memang diakui memiliki sikap dan ciri seperti yang kita bisa lihat pada umumnya yaitu cuek, percaya diri terlalu tinggi, intens berkomunikasi dengan peer group-nya yang terkadang tidak memperhatikan orang-orang di sekitarnya, kurang memiliki empati terhadap kesalahannya dan lain-lain.
Namun demikian mereka juga memiliki potensi yang positif yang kalau dikelola sesuai dengan perasaan dan harapannya dapat memberikan konstribusi tinggi pada perusahaan (bank). Misalnya, daya tahan (endurance) Gen Y yang tinggi, sikap yang ingin cepat dalam melaksanakan tugas, sikap yang ingin cepat sukses dsb. Potensi positif yang dimiliki oleh Gen Y ini yang perlu dimanfaatkan oleh seniorseniornya sehingga bermanfaat bagi perusahaan.
Boomers dapat bersikap atau membuat kebijakan terhadap kehadiran Gen Y antara lain sebagai berikut: Pertama, Berdayakan Gen Y dengan sosialisasi budaya kerja yang dikemas dengan metode games menarik dan role play. Dengan posisi Gen Boomers yang sebagian besarsebagai manajer atau pimpinan,mereka dapat mengambil kebijakankebijakanyang sifatnya empowering tersebut. Sosialisasi budaya kerja secara game dan role play yang bedabedajuga ahrus dilakukan reguler. Atau, masing-masing unit kerja ditugaskan untuk menyelenggarakan sosialisasi tersebut di ruang terbuka (outdoor). Kunci suksesnya ada pada cara-cara masa kini.
Kedua, wadahi dengan membentuk beragam komunitas. Jika perusahaan itu besar dapat membuat beberapa komunitas tertentu seperti Futsal, Bola Basket, memancing, Badminton, Climbing, tenis dan lainnya. Mengapa perlu? karena karakteristik Gen Y tidak dapat lepas dengan komunitasnya. Silahkan lihat cara Gen Y dalam mempergunakan waktu luangnya. Tidakdapat lepas dari gadget dan peralatanelektronik lainnya.
Ketiga, perjelas target kerja dan padatkan. Mengapa? Karena sesungguhnya Gen Y memiliki potensi yang baik (baca tinggi). Hal ini dapat dilihat pada daya tahan (endurance) yang baik, lulus sarjana di usia muda, pola kerja serba ingin cepat dan lainnya.
Jika target kerja tiap harinya tidak jelas, atau tidak padat, maka mereka pasti mempergunakan waktu luangnya dengan media sosial. Di samping itu, jika target kerjanya padat dan jelas, perusahaan akan diuntungkan banyak. Output kerja menjadi bertambah.
Keempat, Management by example. Gen Y memiliki sikap kritis dan berani menyampaikan. Berbeda dengan Gen Boomers yang dalam banyak hal tidak berani atau kurang berani menyampaikan kesalahan atasannya, Gen Y tidak segan-segan bertanya dan mengkritisi atasannya. Dalam kondisi seperti ini, manajemen dengan contoh akan menjadikan Gen Y lebih serius dan fokus pada tugasnya.
Lalu, pertanyaan ketiga atau terakhir, apakah Gen Y bisa tetap mempertahankan sikapnya yang memang berakar dari sistem pendidikan (berasal dari orang tua dan sistem sosial) dan nilai-nilai di era teknologi informasi? Jawabannya adalah ya tapi dengan penyesuaian. Mereka juga harus menyesuaikan dengan budaya perusahaan di mana mereka bekerja, menyesuaikan dengan gaya komunikasi dan kepemimpinan atasannya, menye-suaikan dengan tuntutan tugas dan dengan ketentuan lainnya. Dengan begitu gap antar generasi bisa dihilangkan dan perusahaan diuntungkan.