Saat ini dunia tengah berada di atas gelombang perubahan. Tetapi ini bukanlah hal yang baru. Namun perubahan kali ini, yang didorong oleh pandemi dan transformasi digital yang massif, membuat akselerasinya terasa lebih cepat, dan lebih cepat meninggalkan perusahaan yang tidak mau berubah.
JIKA tulisan ini dibuat dua atau tiga dekade lalu, mungkin perubahan baru akan terjadi dalam 5-10 tahun setelah prediksi dibuat. Tetapi saat ini, setahun saja sudah cukup membuat sebuah organisasi tertinggal jauh dari pesaing-pesaingnya jika ia tidak segera menyesuaikan diri. Bahkan risiko itu tetap akan terjadi meski perusahaan sudah melakukan transformasi, dikarenakan kegagalan dalam perencanaan dan penerapan strategi.
Memang harus diakui, berdasarkan pengalaman perusahaan-perusahaan yang tercatat dalam buku sejarah, organisasi yang sukses dalam transformasi selalu didampingi seorang pemimpin yang visioner dan tanggap terhadap perubahan. Namun begitu, jenis pemimpin yang dibutuhkan dalam transformasi zaman sekarang bisa dikatakan berbeda dengan kriteria sebelumnya.
Saat ini organisasi membutuhkan lebih sekadar pemimpin tradisional. Ketika data sudah menjadi komoditas yang diperebutkan dan dicari semua pihak, seorang pemimpin harus menyesuaikan diri. Ketika praktik digital sudah merebak ke hampir semua sendi kehidupan, seorang pemimpin harus juga mengunduh kemampuan baru terkait itu.
BERITA TERKAIT
Oleh karenanya dibutuhkan seorang pemimpin atau kepemimpinan yang memiliki kemampuan terkait digital (digital leadership). Kepemimpinan jenis ini, pada dasarnya merupakan kepemimpinan strategis yang memanfaatkan aset digital perusahaan untuk mencapai tujuan organisasi yang pada akhirnya bisa mendorong transformai dalam perusahaan
Digital leadership berorientasi pada inovasi dan kreativitas. Bukan sekadar memperkenalkan penggunaan surat elektronik (email) menggantkan surat menyurat menggunakan kertas, website perusahaan, media sosial atau hal-hal yang berkaitan dengan teknologi sebagai bagian dari operasional perusahaan. Lebih jauh dari itu, kepemimpinan ini adalah kepemimpinan yang bisa mendorong sekaligus mengoptimalkan data pada setiap keputusan perusahaan.
Berbeda dari pemimpin tradisional yang mengambil keputusan dari pendapat dan masukan dari sekeliling yang bersifat subyektif, pemimpin digital harus bisa melandasi setiap keputusan dengan data. Kepemimpinan tradisional biasanya dipilih dan diidentifikasi berdasarkan pengalaman, senioritas, dan performa kerja. Kepemimpinan digital dipilih dan diidentifikasi berdasarkan agility, kreatifitas serta kemampuan menjembatani beberapa tim yang ada dalam organisasi dan tentunya mengambil kpeutusan berdasarkan informasi valid dan terukur.
Seorang digital leader memiliki pendekatan yang sangat berbeda dengan pemimpin tradisional. Dalam mengambil keputusan, seorang digital leader tidak hanya bertumpu pada masukan dari orang-orang sekelilingnya yang dia percayai. Mereka juga menggunakan data untuk menentukan keputusan terbaik untuk perusahaan. Dengan kalimat yang lebih singkat, kepemimpinan tradisonal tidak mengandalkan data, sebaliknya kepemimpinan digital berbasis pada data.
Tetapi hal itu tidak berarti bahwa pemimpin era digital adalah mereka-mereka yang memiliki latar belakang pendidikan yang berhubungan dengan teknologi informasi atau ahli di bidang tersebut. Mereka hanya dituntut untuk mampu memanfaatkan teknologi informasi untuk mencapai tujuan perusahaan atau organisasi yang dia pimpin. Selanjutnya sang pemimpin mesti mampu untuk mengorkestrasi transformasi di perusahaannya, baik transformasi digital itu sendiri maupun transformai kognitif dan perilaku. Yang pada ujungnya adalah memimpin transformasi kultur di perusahaannya, dan ini adalah hal yang paling penting dan juga sulit.
Transformasi, meski demikian, bukanlah perkara yang bisa diwujudkan dalam waktu singkat. Pemimpin harus siap berhadapan dengan insan-insan perusahaan yang tidak mau mengikuti ritme dan arahan dari pemimpin dalam hal transformasi digital. Salah satunya adalah karena masih berhadapan dengan generasi-generasi tua yang agak sulit untuk berubah. Kalaupun mau menerima perubahan, agak sulit mereka menyesuaikan kemampuan mereka dengan teknologi yang ada. Apalagi jika generasi senior itu sudah merasakan bahwa kultur lama mereka lebih baik dengan kultur baru yang sedang diperkenalkan oleh pemimpin mereka.
Di sinilah dibutuhkan kemampuan inti dari sosok pemimpin di setiap zaman. Pemimpin yang mampu membuat anak buahnya bergerak, berubah dalam hal ini beralih mengoptimalkan teknologi digital, namun tidak kehilangan kemampuan dalam meng-couching anak buahnya.
Walaupun memiliki kemampuan digital atau hal-hal tekait optimalisasi data, ingredient utama seorang pemimpin tetap harus ada. Di antaranya adalah pola komunikasi yang efektif, visioner, dan keberanian mengambil keputusan. Dan tentunya yang tidak boleh ketinggalan adalah selalu berorientasi pada solusi dan bertanggung jawab.
Ya, meskipun kebutuhan kepemimpinan terus berkembang sesuai zaman, namun tetap harus ada kualitas atau nilai-nilai krusial yang dimiliki. Memang ada yang berubah namun tetap ada yang tidak berubah.***