JAKARTA, Stabilitas.id – Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) mendorong Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) meningkatkan Leadership Capacity dalam menghadapi keadaan pasca pandemi. LPPI sebagai pionir dalam pengembangan SDM industri keuangan siap bekerja sama dengan IKNB dalam program pengembangan Leadership Capacity tersebut.
Plt. Direktur Utama LPPI Eddy Setiadi mengungkapkan terdapat lima karakter yang harus dimilki pemimpin IKNB dalam menghadapi kondisi pasca pandemi. Pertama, harus bisa menjelaskan secara rinci dan jelas arah dari tujuan yang ingin dicapai. Kedua, pemimpin yang berkomitmen dan suportif. Ketiga, bisa mengembangkan lingkungan yang sehat dan terbuka terhadap pendapat. Keempat, harus gesit dalam menghadapi perubahan dan memiliki kemampuan yang baik secara digital, dan yang terakhir terus memotivasi tim untuk tetap positif menghadapi tantangan.
Hal tersebut diungkapkan Eddy Setiadi saat memberikan sambutan pada acara Indonesia Financial Sektor Outlook (IFSO) yang diselenggarakan Majalah Stabilitas – LPPI di Grand Sahid Jaya Hotel, Jakarta, Selasa (13/12/22).
BERITA TERKAIT
Eddy mengakui saat ini IKNB telah bertransformasi setelah OJK melakukan penguatan infrastruktur pengawasan IKNB, penguatan SDM, Penguatan Manajeman Risiko dalam Penggunaan Teknologi Informasi (MRTI) pada tahun 2020 lalu.
“Pada tahun 2022 ini, OJK terus melakukan penguatan IKNB terkait tingkat kesehatan IKNB. Perubahan-perubahan tersebut merupakan pengubah permainan dalam IKNB yang tidak bisa dielakkan lagi,” ungkapnya.
Eddy mengungkapkan, IKNB telah menyumbang pertumbuhan kinerja 8,55% secara year on year (yoy), yang didorong oleh pertumbuhan sektor asuransi 4,69%, pembiayaan 8,26%, dan Dapen 4,2%. Selain itu, sektor asuransi sebagai pemilik aset terbesar di IKNB turut menyumbang pembangunan ekonomi dengan investasi hingga Rp1.800,73 Triliun, atau naik 6,57%.
“Dari data kinerja tersebut bisa lihat bahwa pertumbuhan industri keuangan non-bank tidak kalah dibanding bank yang kita ketahui bersama mendapatkan lebih banyak relaksasi dalam menghadapi tantangan pandemi,” lanjut Eddy.
Sementara itu, pada tahun 2022, berdasarkan Survei Nasional OJK, indeks literasi asuransi meningkat pesat menjadi 31,72%, dari 19,4% pada tahun 2019. Namun, angka tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan indeks literasi dan iklusi sektor perbankan yang masing-masing sebesar 49,93% dan 74,03%.
“Hal ini disebabkan oleh akses dan informasi tentang manfaat asuransi yang masih terbatas dan belum sepenuhnya tersedia atau mudah dipahami. Tantangan lain untuk meningkatkan tingkat penetrasi industri asuransi sendiri adalah kurangnya sumber daya manusia yang kompeten dan professional,” jelas Eddy.
Di akhir sambutannya, Eddy berharap melalui seminar IFSO ini para pelaku IKNB dapat memperluas perspektif dan menambah insight para pelaku industri keuangan dalam mengembangkan bisnis IKNB.
“Saya sangat menghargai kehadiran bapak-bapak dan ibu-ibu yang merupakan perwakilan dari lembaga-lembaga keuangan yang beroperasi di Indonesia untuk bersama-sama menuju pertumbuhan yang berkelanjutan,” tutup Eddy.***
Reporter: Rifay