Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyiapkan industri primer menjadi ujung tombak untuk mendorong perekonomian. Berbagai program yang terintegrasi dan terorganisasi telah disiapkan dan bakal menjadi dorongan besar buat ekonomi.
Oleh : Ainur Rahman
Jika sesuatu dikerjakan bersama-sama dan dilakukan secara serentak dampaknya tentu akan lebih terlihat ketimbang dikerjakan sendiri-sendiri atau dan tak terkoordinasi. Kementerian Badan Usaha Milik Negara tampaknya mencoba menerapkan prinsip tersebut.
Selain sebuah entitas bisnis, perusahaan-perusahan milik negara juga memiliki kewajiban mendorong perekonomian nasional. Tugas tambahan yang dibebankan di pundak BUMN itulah yang mendorong Kementerian BUMN untuk membuat program-program khusus untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Melalui BUMN-BUMN yang bergerak di industri primer, pemerintah akan mengoptimalkan rencana-rencana bisnis yang langsung bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat. Perusahaan-perusahan pelat merah yang memproduksi hasil olahan langsung tersebut bahkan menargetkan selama kurun waktu 2011-2014 dapat menyerap 4,6 juta tenaga kerja. Jumlah itu setara dengan 69,7 persen dari target penyerapan seluruh perusahaan negara dalam kurun waktu yang sama.
Untuk dapat menyerap tenaga kerja sebanyak itu, BUMN Industri Primer akan menggelontorkan investasi sebesar Rp162,2 triliun selama 2011-2014, kurang dari 20 persen total investasi yang akan dibenamkan seluruh BUMN yang mencapai Rp835,6 triliun.
Tentu tak mudah untuk merealisasikan target tersebut jika BUMN-BUMN primer melakukannya sendiri-sendiri secara terpisah. Untuk itu agar program tersebut benar-benar efektif dan tidak tumpang tindih dengan program lainnya setiap BUMN yang terkait dalam industri primer akan dikelompokkan lagi. Salah satunya adalah BUMN-BUMN yang terkait pengadaan, penyediaan atau kebijakan di sektor pangan.
BUMN yang anggota-anggotanya seperti Bulog, PT Pusri, PT Sang Hyang Seri, Jasa Tirta dan Perhutani digabung dan diserahi tugas memastikan ketersediaan pangan nasional sebagai antisipasi menghadapi ancaman krisis pangan dunia.
Demi mencapai target tersebut, pemerintah akan akan menyediakan lahan seluas 12.657 hektar untuk ditanami tanaman pangan. Mulai tanaman padi, jagung, kedelai, ubi kayu dan kacang tanah.
Dalam rangka menjaga ketahanan pangan, BUMN Primer juga siap memberikan bantuan untuk meningkatkan hasil produksi, berupa dana (pembiayaan), benih, pupuk dan sarana produksi lainnya. “Dengan tersedianya lahan itu dapat membuka lapangan pekerjaan untuk sekitar 2 juta orang tenaga kerja,” papar Deputi Bidang Industri Primer Kementerian BUMN Megananda Daryono.
Selain meningkatkan produksi tanaman pangan, BUMN Industri Primer juga melakukan revitalisasi industri gula yang programnya di bawah koordinasi Kementerian Perindustrian.
Pemerintah menargetkan akan meningkatkan produksi gula hingga mencapai 5,7 juta ton pada 2014 demi menjaga pasokan di tengah meningkatnya kebutuhan akan komoditas itu. Dari jumlah itu BUMN gula akan berkontribusi sebesar 2,32 juta ton gula untuk kebutuhan konsumsi rumah tangga.
Salah satunya yang dibebani tanggung jawab untuk mendongkrak produksi adalah PT Rajawali Nusantra Indonesia (RNI) sebagai salah satu perusahaan yang memiliki bisnis utama di agro indutri terutama pertanian tebu dan plasma sawit. Target produksi gula PT RNI hingga 2014 sebesar 532.867 ton atau 9,5 persen dari target gula nasional. “Tapi diharapkan ada tambahan potensi produksi 77.000 ton gula dengan rencana pembangunan pabrik gula baru,” kata Direktur Utama PT RNI Bambang Priyono.
Tidak hanya sektor pangan, sektor pertambangan, yang terdiri dari PT Batubara Bukit Asam, PT Timah, PT Aneka Tambang dan PT Sarana Karya, hingga 2014 juga akan ditanamkan investasi senilai Rp 50,5 triliun. Dana investasi itu di antaranya akan digunakan untuk pengembangan industri hilir, seperti pengolahan bauksit menjadi alumina. Dana itu juga akan digunakan untuk pengembangan kereta api sebagai sarana angkutan batubara, dan pembangunan PLTU Mulut Tambang.
Begitu juga dengan sektor kehutanan akan mengembangkan kegiatan ekonomi melalui pembangunan industri kehutanan terpadu. Baik yang berbasis kayu maupun non kayu. Sumber bahan bakunya berasal dari agroforestry, hutan tanaman industri serta hutan rakyat. Kegiatan ini mengikutsertakan masyarakat yang ada di sekitar hutan yang jumlahnya diperkirakan mencapai sekitar 4 juta orang.
MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT
Di sektor perikanan khususnya di Pulau Sumatra dan Jawa akan dikembangkan industri pengolahan ikan dengan kapasitas 1.080 ton per tahun. Pengembangan usaha pendukung perikanan yakni pabrik es batu dengan kemampuan produksi 375 ton per tahun. Membangun pusat benih yang mampu menghasilkan benih ikan sebanyak 400 juta hingga 1 miliar. Tak lupa juga akan meningkatkan pabrik pakan ikan hingga mampu berproduksi sebanyak 10 ribu ton per tahun.
Selain itu, Kementerian BUMN juga meluncurkan sebuah program yang dinamakan “pemakmoe gampong.” Program yang dimaksudkan untuk memperkuat ekonomi Aceh dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa (gampong) ini dilaksanakan oleh dengan pemerintah Aceh. Program ini menyediakan lahan hingga 41 ribu hektar hingga 2014 dengan pelaksana lapangan yaitu PTPN I dengan didukung PTPN III dan IV.
Dengan lahan seluas itu, setiap kepala keluarga akan memperoleh 2 hektar, dan diperkirakan akan membuka kesempatan kerja kepada 21 ribu kepala keluarga. “Nanti akan ada 80 ribu orang yang terlibat langsung dengan program ini. Selain diberikan komoditi sawit dan karet, mereka juga bisa kerja di lahan milik PTPN,” kata Megananda dari Kementerian BUMN.
Program lainnya adalah Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K). Program ini didukung empat BUMN, yakni Perhutani, Pusri, Pertani dan Sang Hyang Seri yang menjalin dengan petani untuk meningkatkan hasil panen padi, jagung, dan kedelai. Dukungan tersebut mulai dari pendanaan, lahan, benih dan pupuk hingga budidaya.
Tak kurang 25 pemiliki dana PKBL BUMN terbesar sebesar Rp 1,1 triliun dan Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKPE) perbankan senilai Rp 700 miliar. “Dari program ini, diharapkan 570 ribu hekatr lahan akan mampu dioptimalkan untuk penanaman padi yang menghasilkan produksi beras sekitar 2 juta ton tahun 2011,” kata Menteri BUMN Mustafa Abubakar.
Tak ketinggalan juga sektor perkebunan. Sektor ini juga rencananya akan membentuk holding yang diharapkan menjadi langkah awal untuk menata BUMN perkebunan menjadi perusahaan kelas dunia. Saat ini, luas areal perkebunan yang dikuasai oleh seluruh BUMN perkebunan mencapai 1,2 juta hektar.
Menurut pengamat ekonomi Faisal Basri, sektor tersebut memiliki potensi besar untuk menjadi perusahaan kelas dunia. “Kalau seluruh BUMN perkebunan digabung, katakanlah di bawah suatu perusahaan induk (holding company), niscaya perusahaan perkebunan kita bakal menjelma sebagai perusahaan perkebunan paling besar di dunia,” tutur dia.
Nantinya, jika perusahaan induk terbentuk, maka fungsinya hanya untuk menyusun strategi bisnis, pengembangan sumber daya, pengelolaan keuangan, dan kebijakan investasi. Perusahaan induk membawahi tiga unit motor penggerak operasi, yakni: unit Sawit, Unit karet dan Unit pangan yang terdiri daritebu/gula, kopi, teh, dan coklat.
Salah satu manfaat besar jika hal tersebut bisa terealisasi adalah daya tawar perusahaan perkebunan nasional akan naik. Kekuatan sebagai penjual akan meningkat karena bisa menyatukan sumber pasokan. “Tidak seperti sekarang, walaupun kita merupakan produsen dan pengekspor sawit terbesar di dunia, harga ditentukan di Rotterdam dan Kuala Lumpur,” lanjut Faisal.
Jadi memang sudah seharusnya pemerintah mendorong agar BUMN bisa berperan lebih besar bagi masyarakat, dengan program-program yang dilakukan secara serentak oleh seluruh BUMN. Karena dampaknya tidak hanya untuk perekonomian nasional, pamor Indonesia pun akan terdongkrak. SP