Achmad Syansudin, Direktur Utama BANK SUMSEL BABEL
Olimpiade punya motto abadi yaitu trio frasa latin; Citius, Altius, dan Fortius. Secara harfiah, artinya adalah ‘lebih cepat, lebih tinggi, dan lebih kuat’. Jika dipahami lebih luas, Citius, Altius, dan Fortius adalah sebuah inspirasi dan motivasi tentunya ditujukan kepada para peserta agar berupaya menjadi yang terbaik.
SEJATINYA, prinsip yang sama bisa disandingkan dengan strategi seorang Achmad Syamsudin. Ketika ditunjuk oleh Gubernur Sumatera Selatan (Sumsel) H Herman Deru, medio Juni 2019 untuk menakhodai Bank Sumsel Babel, dalam benaknya cuma ada satu keinginan yaitu melampaui pencapaian bank saat ini.
Bahkan mantan Direktur Bank Syariah Mandiri menargetkan bisa mendongkrak market share bank kebanggan wong kito galo itu dari sebelumnya 13 persen menjadi 30 persen. Tentunya pengalaman bankir yang sebelumnya dia miliki akan menunjang keinginan itu.
Untuk itu, alumnus sarjana Pertanian dari Institut Pertanian Bogor tahun 1989 itu akan menggunakan sumber daya yang ada dalam meningkatkan kinerja dengan target meningkatkan pendapatan dan meminimalisir pengeluaran. “Kita bisa garap yang terdekat dahulu dengan penggunaan teknologi. Kita akan berusaha lebih keras lagi,” kata pria kelahiran kelahiran 27 Juli 1965 itu.
Tidak membutuhkan waktu cukup lama untuk Syamsudin mewujudkan keinginannya itu. Di tahun pertama memimpin, tepatnya akhir 2020, aset Bank Sumsel Babel tercatat Rp28,05 triliun, tumbuh 0,27 persen dibanding 2019 Rp27,98 triliun. Lalu kredit mencapai Rp17,54 triliun, tumbuh 5,86 persen dibanding 2019 yang senilai Rp16,57 triliun.
Sementara itu pencapaian hingga triwulan ketiga tahun ini juga masih menunjukkan angka yang terus bertumbuh. BSB mencatat pertumbuhan laba bersih sebesar 8 persen atau Rp465,2 miliar, penyaluran kredit tumbuh 6 persen menjadi Rp18,3 triliun, dan penghimpunan DPK tumbuh sebesar 5 persen menjadi Rp26,3 triliun.
Atas torehan kinerja yang baik di tengah pandemi, rentetan penghargaan diberikan kepada Bank Sumsel Babel mulai Best Overall Performance, The Best TOP BUMD 2021, Gold Rank Asia Sustainability Reporting Rating 2021, Trusted Company dari Corporate Governance Perception Index (CGPI ) tahun 2021 dan penghargaan-penghargaan lainnya yang telah diraih sepanjang tahun 2021.
Kinerja dan prestasi Bank Sumsel Babel yang gemilang menghantarkan Achmad Syamsudin meraih TOP 100 CEO Of The Year 2021 dan Bankers Of The Year 2021 dari salah satu majalah perbankan, awal Desember 2021 lalu.
Bagi Syamsudin, penghargaan ini didedikasikan untuk seluruh Insan Bank Sumsel Babel yang tak pernah lelah menjadi yang terbaik dan memberikan yang terbaik untuk nasabah walau di tengah wabah. “Semoga prestasi ini dapat memberikan motivasi yang lebih besar untuk terus berkembang membawa Bank Sumsel Babel menjadi yang terbaik,” kata dia.
Melompat Lebih Tinggi
Untuk mencapai level terbaik, peraih gelar MBA dari International University of Japan, Nigata, Japan tahun 1998 itu, bersama manajemen bank kebanggaan masyarakat Sumsel dan Babel itu menginginkan pondasi bisnis yang kuat bagi banknya. Ada tiga strategi utama yang akan dijalankan dalam lima tahun ke depan, yaitu Refocusing Bisnis; Refocusing Corporate Culture AKU PATUH, dan Membangun sistem IT yang agile.
Strategi Refocusing Bisnis mencakup penguatan capability yang dimiliki perseroan yaitu kredit konsumtif dengan cara sentralisasi kredit konsumtif, dan re-enginering proses bisnis. Selanjutnya manajemen juga akan membangun capability yang baru yaitu kredit produktif, yang akan ditujukan pada pemerintah daerah, melalui pembangunan Ekosistem Keuangan Pemda SIPD. Kemudian juga akan mengoptimalkan potensi kekuatan daerah melalui KUR Cluster dan Food Estate. Lalu tak lupa pula mengembangkan pembiayaan sektor konstruksi dalam Ekosistem Pemda dan turunannya, serta optimalisasi Ekosistem Dana melalui Ziswaf Syariah.
Selanjutnya melaksankan Refocusing Corporate Culture AKU PATUH : AKUrat, tePAt Waktu dan PaTUHi Ketentuan serta meningkatkan kompetensi Human Capital. Syamsudin dan jajaran direksi mengakui bahwa zaman digital sudah tidak bisa ditolak lagi sehingga perusahaan harus melakukan berbagai penyesuaian termasuk dalam kebijakan pengelolaan sumber daya manusia (SDM).
Asal tau saja, persentase jumlah pegawai Gen Y (generasi milenial) di Bank Sumsel Babel sudah mencapai 37,17 persen. Kendati belum mendominasi komposisi pegawai di Bank Sumsel Babel, namun dari sisi kapasitas SDM, Bank Sumsel Babel telah mempersiapkan strategi pengembangan pegawai berbasis kompetensi yang berorientasi pada transformasi digital yang tersusun dalam Roadmap Human Capital & Talent Management. Maka inisiatif program manajemen Human Capital yang disusun dalam rangka meningkatkan kapabilitas pegawai yang ada untuk menghadapi era digitalisasi atara lain; Corporate Culture; People Development, Career & Talent; Performance Management, Compensation & Benefit; Man Power Planning & Staffing.
Kemudian strategi ketiga, adalah membangun sistem teknologi informasi (TI) yang agile melalui Open API/ Virtual Account, Customer On Boarding, dan Digital Signature. Strategi itu diwujudkan dengan memperkuat pondasi IT sehingga tercapai efisiensi proses, peningkatan dukungan IT yang agile serta kapabilitas Human Resourse. Bank Sumsel Babel juga menciptakan Momentum pertumbuhan bisnis berbasiskan teknologi baik berbasis konvensional maupun syariah.
Sejalan dengan tiga strategi tersebut, kesiapan eksternal dalam mendukung ekosistem keuangan Bank Susmel Babel juga menjadi penentu. Maka bersama seluruh insan Bank Sumsel Babel, Achmad Syamsudin mendorong kegiatan literasi secara terus-menerus. Tanpa literasi, nasabah tidak memahami dan akhirnya tersentul layanan digital Bank Sumsel Babel.
“Untuk itu, kami melakukannya secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan nasabah, sehingga butuh butuh Literasi ke nasabah. Kemudian juga mempertimbangkan infrastruktur yang ada di dua Provinsi yang ada dalam cakupan operasional sekaligus pemegng sahamnya sehingga perlu menyiapkan layanan yang mendukung kondisi ini yakni Agen Laku Pandai (BSB Loer). Kalau untuk pengembangan digital pada sektor consumer saat ini memang challenge-nya adalah literasi. Jadi kita perkuat literasi, kemudian kita masuk ke QRIS, ujar Syamsudin.***