JAKARTA, Stabilitas.id – Dalam menjalankan usahanya, PT Brantas Abipraya (Persero) senantiasa memegang teguh prinsip-prinsip kehati-hatian guna memastikan Perusahaan dapat terus tumbuh secara berkelanjutan. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang konstruksi ini telah dinyatakan kompeten sebagai Qualified Risk Governance Professional (QRGP) dan Qualified Chief Risk Officer (QCRO) sebagai semangat memberikan yang terbaik dalam pengelolaan manajemen risiko. Sebagai upaya memperkuat pemahaman dan kompetensi Organ Manajemen Risiko, Brantas Abipraya menggelar pelatihan dan sertifikasi Manajemen Risiko.
“Brantas Abipraya memegang teguh prinsip pengelolaan manajemen risiko yang efektif, guna menciptakan Perusahaan yang tumbuh berkelanjutan. Sangat disadari juga bahwa manajemen risiko yang baik merupakan salah satu pilar yang memperkuat pencapaian kinerja,” ujar Sugeng Rochadi, Direktur Utama Brantas Abipraya.
Sugeng juga mengatakan bahwa pengetahuan mendalam tentang prinsip-prinsip manajemen risiko, kerangka kerja yang terbaik serta strategi yang relevan, merupakan kunci dalam menghadapi tantangan yang kompleks di era bisnis modern. Pihaknya juga terus mendorong Insan Abipraya untuk selalu memberikan kinerja unggul tanpa mengenyampingkan aspek manajemen risiko.
Dengan memahami praktik terbaik dalam struktur tata kelola risiko dan bagaimana mengintegrasikannya dengan strategis bisnis, hal ini akan mempersiapkan pemimpin yang selalu mengutamakan transparansi, akuntabilitas, juga kepatuhan terhadap regulasi terkait risiko. Diharapkan juga, setelah mengikuti pelatihan dan sertifikasi ini para Insan Abipraya dapat mengembangkan kemampuan peserta dalam mengelola risiko secara holistik dalam lingkungan bisnis yang beragam dan cepat berubah.
Kegiatan inipun dapat meningkatkan kapasitas Perusahaan untuk menghadapi tantangan bisnis dan mengambil keputusan strategis yang berorientasi risiko. Hingga saat ini Brantas Abipraya telah berhasil meningkatkan banyak kapasitas yang dimiliki, diantaranya adalah pengurangan potensi kerugian bisnis; pengambilan keputusan strategis yang lebih baik; kepatuhan dengan peraturan, serta standar; respons krisis yang efektif; efisiensi operasional yang meningkat; dan kepercayaan pemangku kepentingan yang lebih tinggi.
“Semoga melalui kegiatan ini Insan Abipraya dapat lebih memahami praktik terbaik dalam struktur tata kelola risiko dan bagaimana mengintegrasikannya dengan strategi bisnis, sehingga dapat mempersiapkan pemimpin dalam memastikan transparansi, akuntabilitas, dan kepatuhan terhadap regulasi terkait risiko serta mengembangkan kemampuan peserta dalam mengelola risiko secara holistik dalam lingkungan bisnis yang beragam dan cepat berubah. Tentunya juga dapat meningkatkan kapasitas untuk menghadapi tantangan bisnis,” tutup Sugeng.***